
Penghormatan terhadap Sakramen Mahakudus oleh Umat Katolik St. Stefanus Sempan pada Perayaan Kamis Putih
MIMIKA, BM
Yesus Kristus bersama kedua belas muridnya melakukan perjamuan malam terakhir. Perjamuan ini disebut sebagai perayaan Kamis Putih oleh umat kristiani di seluruh dunia.
Perayaan Kamis Putih merupakan satu dari tiga perayaan iman umat kristen yang disebut Tri Hari Suci yakni Kamis Putih, Jumat Agung dan Malam Paskah.
Di Gereja Katolik St. Stefanus Sempan, perayaan Kamis Putih, Kamis (14/4), dihadiri oleh ratusan umat Katolik yang sebagian besarnya hadir dengan menggunakan pakaian bercorak warna putih.
Walau diguyur hujan di pertengahan hingga akhir namun perayaan misa kedua di gereja ini berlangsung dengan begitu hikmat.
Pastor Paroki St. Stefanus Sempan, Pastor Maximilianus Dora OFM mengatakan ada dua peristiwa yang terjadi pada malam Kamis Putih yakni ritual pembasuhan kaki yang Yesus lakukan kepada para muridnya dan perpisahanNYA dengan mereka.
Lewat pembasuhan, Yesus mau mengingatkan kepada para murid dan umatnya bahwa identitas kemuridan adalah pelayanan. Mengapa? karena pelayanan merupakan hal terpenting dalam kehidupan umum.
Lewat perjamuan malam terakhir ini, Yesus juga mau mewujudkan kasih yang efektif bagi umatnya. Dimana kasih yang sempurna pasti memerlukan pengorbanan.
Korban yang sempurna itu tertuang dalam perayaan ekaristi dan ekaristi bagi umat Katolik merupakan sakramen yang menebus dosa manusia.
"Perjauan makan bersama yang dilakukan oleh Yesus bersama para muridnya merupakan perjamuan perpisahan. Perjamuan ini diadakan karena Tuhan Yesus telah mengetahui bahwa saatNYA telah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada BapaNYA," ujar Pastor Max.
Dalam Injil Yohanes yang dibacakan pada perayaan ini, ditegaskan bahwa, sama seperti Ia senantiasa mengasihi muridNYA, demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya.
Dikatakan, kasih Tuhan Yesus, perhatian dan kepeduliannya terus bertahan dan berlangsung hingga akhir ajal umat manusia. Yesus akan selalu mencintai umatnya hingga pada kesudahannya.
Karena cintaNYA, sekalipun saatNYA sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada BapaNYa di surga namun Tuhan Yesus tetap masih bersedia untuk makan bersama dengan para muridNYA.
"Bahkan pada momentum terakhir itu Yesus sampai rela merendahkan diriNYA. Ia membasuh kaki murid muridnya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggangnya," ujarnya.
Pastor Max mengatakan bagi Tuhan Yesus orang lain selalu lebih utama, lebih penting dan lebih terhormat daripada diriNYAsendiri. Menurutnya, dari sikap Tuhan ini, ada dua hal yang perlu direnungkan dan dihayati dalam kehidupan bersama dalam keluarga, komunitas, lingkungan, paroki maupun masyarakat.
"Pertama, hendaklah kita membangun dan meningkatkan perhatian serta kepedulian kita terhadap orang lain," katanya.
Menurutnya, hal ini mengartikan bahwa tidak ada manusia yang hidup sendiri karena selalu memiliki hubungan dengan orang lain. Sifat dan tingkah laku seseorang selalu lahir dari suatu relasi.
"Hubungan dengan orang lain adalah jalan utama menuju kehidupan kita yang benar dan baik. Lebih dari itu sebagai manusia kita semua di dalam gereja adalah suatu persekutuan yang organis yang hidup sebagai keluarga Allah dalam tubuh Kristus sendiri," jelasnya.
Dengan dasar ini, Pastor Max meminta umat Katolik agar tidak lupa memberi perhatian dan kepedulian terhadap sesama terutama kepada mereka yang sangat membutuhkan uluran tangan sesamanya.
"Apapun kepentingan dan urusan pribadi, kita tidak boleh menutup diri dan hati kita terhadap orang lain. Sebab itu bertolong-tolonglah dengan juga menanggung beban mereka karena dengan saling menolong dalam hidup bersama, beban hidup pribadi akan menjadi ringan dan menjadi mudah untuk diatasi secara bersama pula," khotbahnya.
Kedua, Pastor Max mengatakan jika umat Katolik mengasih dan memperhatikan serta melayani orang lain maka hendaknya dilakukan dengan mengikuti teladan Yesus.
"Lakukan sampai tuntas. Jangan beri perhatian yang setengah-setengah karena cinta kasih dan pelayanan seperti ini tidak memiliki makna atau arti yang signifikan untuk membangun kehidupan itu sendiri dan kehidupan orang lain," ujarnya.
"Sebab itu harus seperti Kristus. Cinta kasih, perhatian dan pelayanan kita senantiasa harus penuh, utuh dan tuntas. Kitapun hendaknya seperti Kristus yang memberi perhatian, cinta kasih dan pelayanan dengan rendah hati dan tanpa pamrih tanpa harus melihat siapa yang lebih utama dan lebih penting," terang Pastor Max di akhir khotbah Misa Kamis Putih. (Ronald Renwarin)