Masyarakat Miktim Tolak Puskesmas Mapurujaya Dijadikan Sebagai Rumah Sakit Darurat
Kadinkes Mimika Reynold Ubra saat memberikan penjelasan kepada warga yang berdemo di depan Kantor Distrik Miktim
MIMIKA, BM
Masyarakat Distrik Mimika Timur melakukan demo menolak Puskesmas Mapurujaya, dijadikan sebagai Rumah Sakit Darurat untuk penanganan pasien Covid-19.
Berdasarkan data yang dihimpun, awal terjadi aksi protes penolakan oleh masyarakat itu bermula ketika masyarakat melihat barang-barang dan fasilitas pskesmas dipindahkan ke beberapa titik sejak Minggu (kemarin-red) hingga hari ini, Senin (28/9).
Selain itu masyarakat juga menilai bahwa tidak ada koordinasi lintas sektor terkait wacana Puskesmas Mapurujaya akan dijadikan sebagai Rumah Sakit Darurat.
Berdasarkan penuturan salah satu warga bernama Riky, masyarakat pada prinsipnya sudah berkomitmen menolak hal tersebut. Mereka tidak ingin wilayahnya terjangkit penularan Covid-19.
"Kami takut kalau ada pasien dirawat disini, apalagi Puskesmas disini letaknya ditengah pemukiman masyarakat," tuturnya.
Aksi penolakan ini membuat Kepala Dinas Kesehatan Mimika, Reynold Ubra didampingi Kadistrik Miktim, Yulianus Pinimet, S.IP langsung mendatangi TKP di halaman Kantor Distrik Mimika Timur, Senin (28/9).
Kepada masyarakat, Kepala Dinas Kesehatan, Reynold Ubra mengatakan ia menyayangkan penolakan tersebut pasalnya hal ini baru diwacanakan.
"Sebenarnya ini wacana dan untuk menuju kearah sana ada tahapan-tahapan yang harus kami lewati," ungkapnya.
Alasan Puskesmas Mapurujaya akan dijadikan sebagai Rumah Sakit Darurat bagi pasien covid kategori sedang, menurut Reynold karena rumah sakit ini sesuai penilian sangat layak.
"Karena Puskesmas Mapurujaya Ipalnya sudah ada, ruang dan tenaganya sudah tersedia, pagar untuk akses keluar masuk sangat memadai. Oleh karena itu kami berharap dukungan masyarakat. Kondisi yang terjadi hari ini adalah masyarakat yang belum mendengar secara utuh akhirnya timbul masalah. Pertanyaan kenapa tidak melakukan sosialisasi, karena kami belum memutuskan sebab harus memenuhi 4 hal fasilitas kesehatan," jelasnya kepada warga.
Reynold menambahkan, terkait dengan penularan, Mimika kini merupakan wilayah darurat covid. Berdasarkan hasil pertemuan dan laporan dari direktur RSUD Mimika dan juga direktur RSMM, jumlah pasien kini meningkat rata-rata menjadi 20 pasien per hari dari sebelumnya 15 orang.
"Maka dari itu kami coba membuat rekayasa pelayanan kesehatan supaya pasien covid maupun non covid itu tidak harus berada di rumah sakit," ungkapnya.
Dijelaskan, pada Jumat dan Sabtu kemarin telah dilakukan pertemuan agar puskesmas-puskesmas yang ada di wilayah zona merah maupun zona kuning membuka pelayanan keluar serta membuka pos-pos pelayanan.
"Itu prioritas, karena lima program esensialnya disitu. Jadi melayani orang sehat bukan melayani orang sakit. Supaya jangan ada klaster di fasilitas kesehatan maka kepala-kepala puskesmas wajib membuka pelayanan di masyarakat, tentu saja ada balai kampung supaya akses masyarakat dekat," terangnya.
Dengan kondisi pandemi covid saat ini, ruang bersalin di RSUD Mimika maupun RSMM yang kini telah penuh. Hal ini karena persalinan normal yang seharusnya di lakukan di puskesmas kini dilakukan di dua rumah sakit ini.
"Dengan meningkatnya kasus secara terus menerus maka kita berupaya mengurangi beban bukan hanya tempat tidur, tapi beban kerja dari petugas kesehatan. Kita jaga jangan sampai tenaga kesehatan terpapar," ujar Reynold.
Kondisi saat ini, shelter telah penuh. Selain itu ruangan dan tempat bagi pasien kategori sedang yang dirawat di RSUD dan RSMM juga sudah tidak lagi mencukupi.
"ICU di RSUD sudah ditutup karena penuh. Bahkan yang paling kritis adalah gas medis, yang mana sehari rata-rata waktu sebelum covid itu hanya 20 tabung dalam waktu 24 jam, kini naik hingga 60 tabung dalam 24 jam. Pagi tadi kami kuburkan 4 orang karena 1 pasien meninggal di RSMM dan 3 pasien meninggal di RSUD Mimika," ungkapnya kepada warga.
Sementara itu, Kadistrik Mimika Timur, Yulianus Pinimet, meminta warganya agar memahami kondisi saat ini. Warga diminta bijak menilai situasional Mimika sekarang.
"Saya pikir informasi sudah jelas disampaikan oleh kepala Dinas Kesehatan sehingga kita harus lebih bijak melihat ini sebagai masalah kemanusiaan," ungkapnya.
Menyangkut Puskesmas Mapurujaya akan dijadikan sebagai Rumah Sakit Darurat, mantan Kadistrik Agimuga meminta masyarakat agar hal ini dapat menjadi perhatian bersama.
"Saya sampaikan ini demi kemanusiaan. Oleh karena itu kita harus dewasa dalam berpikir dan memahaminya dengan baik karena kalau sudah ada keputusan pemerintah saya harap kita semua harus mendukung,"pinta Yulianus.
Aksi protes penolakan oleh masyarakat itu mendapatkan pengawalan ketat dari pihak Kepolisian Mimika, yang mana dipimpin langsung oleh Kabag Ops Polres Mimika didampingi Kapolsek Mimika Timur. (Ignas)