96 Pembina SATP Diberi Pelatihan Refleksi dan Empati
Pembina SATP foto bersama dengan pemateri
MIMIKA, BM
Sekolah Asrama Taruna Papua (SATP) dengan Yayasan Pendidikan Lokon (YPL) menggelar pelatihan refleksi dan empati bagi pembina di lingkungan sekolah.
Pelatihan yang diikuti oleh 96 pembina dilaksanakan di Horison Diana, Selasa (16/3/2025).
Sekretaris Eksekutif BPH YPL, Prof Dr Johanis Ohoitimur mengatakan pelatihan ini bertujuan untu membantu para pembina menyadari peran dan tanggung jawab mereka dalam mendampingi siswa dimana pembinaan tanpa kekerasan.
Pada pelatihan tersebut, peserta juga mendapatkan beberapa materi, mulai dari mengapa perlu refleksi, refleksi dan empati, serta praktek refleksi dan empati.
"Kegiatan refleksi diri ini sangat penting di lingkungan sekolah karena sejalan dengan Kurikulum Merdeka Belajar yang diterapkan oleh SATP," kata Johanis.
Johanis menuturkan Refleksi adalah bagian penting dari proses pembelajaran karena tanpa refleksi pembelajaran hanya akan mengalir tanpa arah yang jelas. Refleksi ini tidak hanya relevan untuk guru, tetapi juga sangat penting bagi pembina asrama, mengingat SATP merupakan sekolah berpola asrama.
“Seperti yang kita lakukan tadi, para peserta diminta merefleksikan apa saja yang telah mereka lakukan terhadap anak-anak. Dari sana, mereka bisa mengevaluasi apakah tindakan mereka sudah tepat atau justru merugikan anak. Ini menjadi momen penting bagi para pembina untuk menyadari tugas dan tanggung jawabnya, baik terhadap diri sendiri maupun anak-anak,"ujarnya.
Dikatakan, pada sesi kedua, para pembina akan dibekali kemampuan untuk menjalankan fungsi pribadi secara sehat dan seimbang, sehingga mereka dapat menjalani aktivitas pembinaan secara berkualitas dan penuh empati.
Menurutnya, pembina harus mampu melakukan pendekatan empatik kepada anak, mendengarkan mereka, menghargai latar belakang budaya, serta memahami sikap dan tindakan anak-anak. Meskipun terkadang menyakitkan, namun sebagai pembina maupun guru, harus sabar dalam memahami mereka.
"Setelah pelatihan ini tentunya ada evaluasi-evaluasi terhadap kinerja para pembina. Evaluasi itu bisa dilakukan perminggu, perbulan, maupun persemester. Jadi semua itu dilakukan untuk penerapan pendidikan tanpa kekerasan,” ucapnya.
“Nah itu bisa terlihat dengan sebuah evaluasi. Kalau hasilnya buruk maka perlu dibina dan ditekankan bahwa di SATP harus mendidik dengan secara terhormat. Walaupun ada anak yang nakal, mereka tidak boleh dikucilkan. Tapi harus melakukan pendekatan secara persuasif,” ungkapnya. (Shanty Sang)