Diduga Polio Di Mimika Terkait Dengan Kasus Polio Di Yahukimo

Kepala Dinas Kesehatan Mimika Reynold Ubra didampingi Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Obet Tekege dan tim kesehatan

MIMIKA, BM

Di awal tahun 2024, terjadi penemuan satu kasus polio atau lumpuh layu yang pertama kali ditemukan di Kampung Jimbi, distrik Kuala Kencana, Mimika, Papua Tengah.

Selain itu juga, 8 anak dinyatakan positif polio setelah dilakukan pemeriksaan tinja di Laboratorium Surabaya.

Kepala Dinkes Kabupaten Mimika, Reynold Ubra kepada awak media Jumat (31/5/2024) mengatakan bahwa perjalanan polio di Indonesia masuk ke tahap eradikasi (pemusnahan-red) pada tahun 1995, dimana 1996 polio sedang gencar.


Ia megatakan seiring perubahan iklim dan cuaca yang terjadi, semua penyakit juga beradaptasi untuk mempertahankan diri kelangsungan hidupnya.


”Pada tahun 2019 terjadi kasus polio di Yahukimo, Papua. Kami menduga kasus itu memiliki hubungan dengan kasus di Yahukimo," ujarnya.

"Kami berangkat dari letak geografis Yahukimo dan Timika dimana Timika sebagai kota transit, kemudian dari budaya kita sering untuk hidup komunal, keadaan sosial itu yang membuat kami menduga bahwa ini pasti ada hubungan,” ungkapnya.

Dijelaskan, kasus yang ditemukan di Mimika ada sekitar 19 nukleus. Ini bisa juga mengindikasikan bahwa virus ini sudah bersikulasi selama beberapa waktu.


”Selagi wadahnya ada, dia bisa tetap ada. Sifat mikroorganisme memang tidak bisa dilihat dengan kasat mata tetapi disekitar kita bisa terlihat dari perilaku manusia dan lingkungan,” imbuhnya.

Reynold mengatakan kenapa responnya tidak seperti covid-19, karena Indonesia sudah memiliki pengalaman terkait polio dengan dua pendekatan yakni pendekatan intervensi dan juga pendekatan terhadap lingkungan.

Menurutnya, penemuan kasus polio di Papua tidak hanya di Mimika saja namun juga di wilayah Papua lainnya sehingga dinyatakan masuk kategori resiko tinggi penularan polio.

“Ibu Pj Gubernur sudah nyatakan ini sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) polio, termasuk Pemda Mimika juga. Pencanangan polio sudah dilakukan secara serentak di seluruh Tanah Papua bukan hanya Mimika untuk memberikan perlindungan kepada anak-anak baik yang sudah maupun belum,” ucapnya.

Dinkes Mimika kemudian menargetkan 55.570 anak di Mimika harus mendapatkan imunisasi polio. Cakupan imunisasi ini diharapkan bisa maksimal saat pelaksanaan pekan imunisasi nasional (PIN) polio.


Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Obet Tekege menambahkan setelah dinyatakan KLB oleh Pj Gubernur Dr. Ribka Haluk semua puskesmas di Mimika melaksanakan imunisasi polio.

“Beberapa puskesmas di kota sudah lakukan dari 55.570 sampai sekarang 8.338 anak yang sudah imunisasi. Sementara di daerah gunung dan pesisir terkendala transportasi kesana,” ujarnya.

Untuk mempecepat capaian Dinkes kemudian menargetkan sekolah juga gereja, kelurahan dan distrik.

"Puskesmas Timika mereka fokus di kelurahan, sementara di Kwamki Lama mereka mau. Jadi, saat ini kepala puskemsas memberikan informasi kepada tokoh-tokoh masyarakat yang ada di Kwamki Lama karena kita lihat sasaran orang asli Papua (OAP) harus ada di Kwamki Lama dan kami sudah laksanakan dan mereka menerima dengan baik,” tandasnya.

Ia mengatakan wilayah yang memiliki resiko tinggi penularan adalah wilayah gunung dan pesisir karena cakupan imunisasi masih rendah dan kesulitan akses transportasi.

Kadis Reynold Ubra kemudian mengatakan bahwa jika dikelola dengan baik akan lebih mudah karena sasarannya sedikit di wilayah gunung dan pesisir untuk mencapai 100 persen.

”Memang benar populasi penduduk Mimika 85 persen didalam kota dan sekitarnya sehingga keterlibatan dengan pihak lain itu sangat penting. Minggu lalu ada pertemuan dengan stakeholders paling tidak dengan kelurahan dan distrik dan dinas terkait,” ungkapnya.

Lanjut Reynold, polio ini adalah salah satu virus yang dapat menyebabkan lumpuh layu kemudian masuk kedalam tubuh melalui saluran cerna ketika perilaku buang air besar masih sembarangan maka anak-anak yang belum mendapat imunisasi polio dapat terpapar.

“Kami juga melakukan pemeriksaan terhadap lingkungan sekitar. Memang sampai hari ini hasilnya belum keluar tetapi berdasarkan informasi yang dikumpulkan kuat sekali karena perilaku buang air besar sembarangan,' ungkapnya.

"Padahal cakupan imunisasi di kampung Jimbi, SP3 sudah 100 persen tetapi karena hanya satu saja maka yang lain harus dilindungi karena sifatnya virus itu bisa bermutasi secara terus menerus,” pungkasnya. (Elfrida Sijabat)

Top