Cerita George Valentino Usai Berperan Sebagai Yesus

Momen ketika Yesus disalibkan

MIMIKA, BM

George Valentino (21) salah satu Orang Muda Katolik (OMK) dari Gereja Santo Stefanus Sempan, Timika dipercaya untuk berperan sebagai Yesus dalam tablo Kisah Sengsara Yesus atau Jalan Salib Hidup yang dilaksanakan Jumat (18/4/2025) pagi.

Peristiwa Jalan Salib Hidup sebagai jalan penderitaan Yesus ini dimulai dari Gedung Tongkonan di jalan Sam Ratulangi dimana perhentian pertama dimulai ketika Yesus dijatuhi hukuman.

Kemudian, Yesus menyusuri jalan Sam Ratulangi menuju jalan Yos Sudarso sambil memikul salib. Dalam perjalanannya, cambukan dan teriakan terus terdengar sambil mengelu-elukan Yesus.

Hingga tiba di halaman Gereja Santo Stefanus Sempan, pada perhentian kesebelas yakni Yesus disalibkan suasana haru terasa. 

Suara seruan Salibkan Dia! Salibkan Dia! terus berkumandang dari para pemeran tablo lainnya.

Suasana sedih pun kian terasa saat peristiwa perhentian ke-12 Yesus Wafat di kayu salib hingga Yesus diturunkan dari kayu salib dan dimakamkan. 

Umat yang ikut dalam Jalan Salib Hidup dan menyaksikan tablo itu tak sedikit yang meneteskan air mata.

Usai memerankan Yesus kepada BeritaMimika, George berkata momen ketika perhentian VIII yakni Yesus menghibur perempuan-perempuan yang menangisi-Nya merupakan momen yang berkesan baginya.

“Momen yang saya rasakan sedih ketika di perhentian VIII Putri Yerusalem. Ada salah satu adik perempuan berdiri, menangis lalu peluk saya. Disitu saya rasa haru. Sedih sekali,” katanya.


George Valentino usai memerankan Yesus

Cambukan yang dia terima dalam memerankan tablo ini terasa sakit namun itu adalah salib yang harus dia pikul.

“Dipukul sakit tapi dari awal kita puasa, pantang dan perbanyak berdoa minta kekuatan perlindungan dari Tuhan sama yakin kalau Jalan Salib ini akan berhasil. Masih sakit tapi tidak apa-apa, memang beban dan cobaannya besar sekali,” ungkapnya.

George yang sudah bergabung dengan OMK selama delapan tahun ini mengatakan lega setelah usai melaksanakan tugasnya sebagai Yesus.

“Rasanya lega karena untuk memerankan Yesus tidak sembarang orang mau. Itu memang harus dari niat. Menjadi Yesus adalah beban tersendiri untuk kita. Jadi, kalau kita tidak laksanakan itu menjadi beban pikiran. Kalau sudah selesai beban itu hilang,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca.

“Jika apa yang kita kerjakan meskipun berat tetapi kalau kita percaya pada-Nya maka akan selesai,” imbuhnya.

Ia menuturkan bahwa tahun lalu dia seharusnya memerankan Yesus tetapi karena kendala sakit baru tahun ini ia siap.

“Jangan mudah menyerah dan percaya kepada Yang Maha Kuasa, karena disaat kita percaya disitulah ada kekuatan. Kalau tidak percaya kita lemah disitu. Untuk OMK tetap aktif semuanya dan saling bekerja sama. Disaat ada masalah jangan tinggalkan suatu masalah tapi bersama untuk mencari jalan keluarnya,” harap George. (Elfrida Sijabat)

Top