Disnakeswan Mimika Bentuk Tim SATGAS Guna Penanganan Merebaknya Virus ASF

Suasana jalannya rapat koordinasi di ruang pertemuan Disnakeswan Mimika

MIMIKA, BM

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Kabupaten Mimika mencatat hingga Kamis (1/2/2024) terdapat 362 ekor babi yang mati akibat terjangkit virus African Swine Fever (ASF) atau demam babi Afrika.

Melihat angka kematian yang tinggi tersebut, Disnakeswan menggelar rapat koordinasi bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Mimika, Balai Karantina, Dinas Perhubungan, Kejaksaan Negeri, Polres Mimika, Polsek KP3 Laut, Kapitiga KP3 Udara, Kodim dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Mimika.

Rapat koordinasi dilaksanakan di ruang pertemuan Kantor Disnakeswan Mimika, Kamis (1/2/2024)

Usai pertemuan, Kepala Disnakeswan Kabupaten Mimika drh. Sabelina Fitriani, M.Si. kepada awak media mengatakan pertemuan tersebut dilaksanakan karena untuk mengatasi penyebaran virus ASF, pihaknya tidak dapat bekerja sendiri melainkan harus melibatkan instanis lainnya.

Hal mendesak yang harus segera dilakukan dan mejadi catatan adalah bagaimana dapat menemukan lahan untuk penguburan ratusan babi yang sudah mati agar virus tidak menyebar.

“Yang dikhawatirkan kalau masyarakat sudah tidak punya lahan untuk mengubur akhirnya dibuang di aliran air, itu menjadi sumber penularan kepada babi lainnya sehingga sulit memutua s mata rantai penyebaran virus ASF,” katanya.

Ia berharap kesadaran masyarakat untuk mau bersama-sama memutus mata rantai dengan cara eliminasi.

“Kalau perlu yang sudah sakit itu memang harus dieliminasi oleh masing-masing peternak karena kemungkinan sudah sangat kecil, kalau sudah sakit pasti mati. Kita berharap yang masih hidup, dengan serum yang kita berikan bisa bertahan apalagi yang sehat sangat dijaga,” ungkapnya.

drh. Sabelina menuturkan dalam rapat tersebut juga dihasilkan untuk segera membentuk tim SATGAS.

“Kita belum menemukan lahan lagi karena lahan Disnakkeswan yang ada di SP5 itu masyarakat menolak, karena disitu ada beberapa masyarakat yang pelihara babi, mereka tidak mau tercemar,” ucapnya.

Ia menegaskan penguburan akan dilakukan sesuai dengan SOP yang berlaku, sehingga seharusnya masyarakat tidak perlu merasa khawatir.

“Virus ini tidak ada vaksinnya, tidak ada obatnya kita hanya bisa bertahan dengan disinfektan dan serum yang daya protektifnya (perlindungan-red) 30 persen, sementara kekuatan kita sampai mana untuk dilakukan penyemprotan terus, kalau bisa sekarang semprot lebih dari satu kali sehari;” tandasnya.

Lanjutnya, diperlukan suatu upaya saling membantu dari seluruh instansi dan masyarakat Mimika agar virus ini dapat diatasi dengan tuntas dan tidak semakin meluas.

“Kita harapkan kalau sudah sakit dilakukan eksekusi. Nah, sekarang kalau eksekusi tidak ada tempat, kita kesulitan tempat ya kita harap masyarakat semua bisa paham untuk sama-sama mencari lokasi yang pas,” harapnya. (Elfrida Sijabat)

Top