Budaya

Peduli Dengan Kondisi Mantan Bupati Titus Potereyauw, KKJB Lakukan Silahturahmi

Pengurus KKJB saat menjenguk bupati pertama Mimika

MIMIKA, BM

Kerukunan Keluarga Jawa Bersatu (KKJB) Kabupaten Mimika merupakan organisasi masyarakat pertama yang menunjukan kepedulian mereka terhadap kondisi kesehatan mantan Bupati Mimika, Titus Octovianus Potereyauw.

Hal ini mereka tunjukan dengan melakukan kunjungan talih kasih dan silaturahmi ke SP1, Kamis (2/7), tempat dimana Bapak Titus Octovianus Potereyauw saat ini beristirahat di rumah keponakannya.

KKJB datang dengan membawa serta bantuan bahan makanan dan uang kepada Ibu Florida Kaise Potereyauw, isteri dari bupati pertama Kabupaten Mimika ini sebagai bentuk dukungan perhatian dan cinta kepada keluarga ini.

Ibu Florida Kaise Potereyauw begitu terharu dengan kunjungan ini. Ia bahkan menunjukan raut muka haru atas kepedulian dan perhatian yang ditunjukan oleh KKJB terhadap kondisi suaminya.

"Saya sangat bererimakasih atas kedatangan anak-anak Jawa bersatu ini. Kehadiran mereka sangat berarti buat kami dan kesembuhan bapak," ujarnya kepada BeritaMimika.

Kepada media ini, Mama Florida Kaise Potereyauw mengatakan kondisi bapak kini perlahan mulai membaik.

Tanggal 27 Juni, mereka membawa beliau ke rumah keponakannya di SP1. Ini juga agar memudahkan keluarga dan masyarakat yang ingin melihat dan menjenguk beliau.

"Kondisi bapak pagi tadi makan minum sudah lebih baik dari kemarin. Tinggal mungkin beliau bangun dan duduk saja. Kalau tidur sekarang beliau sudah bisa miring, tadinya hanya lurus saja. Ini sangat berbeda dengan kondisi sebelumnya," ungkapnya.

KKJB juga membawah serta bingkisan kasih untuk keluarga

Pada kesempatan ini, Mama Florida meminta dukungan dan doa seluruh masyarakat Mimika agar suaminya diberikan kesembuhan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.

"Saya punya keyakinan kuat bapak akan sembuh. Bukan tenaga tapi banyak orang masih membutuhkan buah pikiran bapak. Dalam keadaan begini juga beliau masih memikirkan masyarakat, terutama keluarga-keluarga yang jauh di pesisir. Mama minta dukungan doa dari semua. Penyembuhan itu kita bisa pakai obat apa saja tapi yang menentukan itu kemurahan hati Tuhan," ungkapnya.

Ketua Harian KKJB Mimika, Imam Putera Abadi mengatakan mengetahui kondisi mantan Bupati Titus Octovianus Potereyauw sedang sakit, melalui pemberitaan BeritaMimika saat Wakil Bupati Johannes Rettob melakukan kunjungan beberapa waktu lalu.

"Kami tahu kondisi beliau dari media ini sehingga kami ikut terketuk pintu hati untuk datang melihat keadaan bapak. Beliau adalah tokoh panutan yang menjadi teladan bagi kita semua. Kami banyak tahu tentang beliau lewat kunjungan ini," ujarnya.

Ia mengakui bahwa dalam kunjungan ini KKJB menyempatkan membawah serta bantuan bahan makaan dan bantuan uang seadanya untuk membantu meringankan pengobatan beliau.

"Jangan dilihat dari nilai atau jumlah yang kami berikan namun apa yang kami lakukan ini merupakan bagian dari perhatian dan ungkapan hati kami. Ini menjadi momen bagi kami untuk meneladani apa yang telah beliau lakukan untuk Mimika. Selama ini kami belum pernah ketemu langsung tapi setelah mendengar cerita tentang beliau, kami sangat tersentuh. Bantuan ini juga bagian dari patungan masyarakat Jawa dan beberapa donatur kami," jelasnya.

Sementara itu, Bidang Hukum KKJB, Teguh Sukma menambahkan mantan Bupati Titus Octovianus Potereyauw merupakan sosok orangtua bagi semua orang, termasuk KKJB.

"Kewajiban kita sebagai anak-anak terutama sebagai masyarakat Mimika generasi penerus adalah menghormati dan menghargai apa yang sudah beliau lakukan untuk negeri ini. Ini jadi motivasi buat kita semua untuk membangun Mimika," ungkapnya. (Ronald)

Gereja Katedral Tiga Raja Mulai Dibuka, Seminggu 4 Kali Misa

Misa pertama, Sabtu (27/6) dipimpin Pastor Amandus Rahadat Pr

MIMIKA, BM

Setelah kurang lebih 3 bulan tidak ada perayaan misa bersama akibat pandemi Covid-19, Gereja Katedral Tiga Raja mulai hari ini, Sabtu (27/6) kembali dibuka dan telah menggelar perayaan ekaristi kudus untuk umat katolik paroki ini pada pukul 17.00 Wit.

Walau kegiatan peribadatan di gereja ini kembali dilangsungkan namun protokol kesehatan tetap menjadi hal mendasar yang harus dipatuhi semua umat. Gereja Katolik Tiga Raja telah menyiapkan semua hal yang berhubungan dengan penerapan aturan tersebut.

"Gereja Katedral sudah mulai buka sesuai arahan dari pemerintah dan kita sudah persiapkan semua penjunjang protokol kesehatan. Kami sudah siapkan semua baik itu petugasnya, tempat cuci tangan, alat pengukur suhu termasuk pengaturan jarak duduk dalam gereja. Sabtu (tadi-red) sore kami mulai buka misa bersama umat,"tutur Pastor Paroki Gereja Katedral Tiga Raja, Amandus Rahadat, Pr saat dihubungi BeritaMimika, Jumat (26/6).

Pastor Amandus menjelaskan, Gereja Katolik Tiga Raja menggelar 4 kali misa berdasarkan wilayah. Misa sabtu sore (dimulai hari ini-red) atau misa pertama untik wilayah Melkior.

Misa kedua hari Minggu pukul 07.00 Wit untuk umat wilayah Kaspar, pukul 10.00 Wit untuk wilayah Baltazar dan misa pukul 17.00 Wit bagi wilayah Keluarga Kudus.

Untuk misa pertama tadi sore, umat yang bukan berada di wilayah Melkior tidak diperkenankan masuk gereja. Setiap misa ada petugas wilayah yang berjaga sehingga dapat mengetahui umat di wilayahnya masing-masing.

Umat yang ingin mengikuti perayaan ekaristi juga harus mematuhi segala ketentuan yang telah disiapkan gereja dalam menghadapi kondisi pandemi Covid-19 saat ini.

Umat harus sehat, diukur suhu tubuh, wajib gunakan masker dan mencuci tangan sebelum masuk gereja.

Selain itu, yang boleh masuk gereja adalah anak-anak yang sudah komuni. Lansia dan yang memiliki penyakit bawaan termasuk umat yang sedang mengalami batuk dan pilek dilarang dan disarankan untuk tidak ke gereja.

Pengawasan ini akan diperketat oleh petugas gereja mulai dari pintu masuk hingga ke dalam gereja.

Ada 3 pintu gerbang yang disiapkan untuk umat. Gerbang pertama untuk yang naik ojek dan pejalan kaki. Kolekte juga disiapkan di gerbang ini sekaligus dilakukan pengukuran suhu tubuh dan pencucian tangan.

Sementara gerbang kedua disamping gereja untuk kendaraan roda 2 dan untuk gerbang 3 dibelakang gereja dikhususkan untuk umat yang datang dengan kendaraan roda 4.

"Untuk kapasitas di dalam gereja kita siapkan untuk 780 umat. Tempat duduk dibuat berjarak termasuk saat komuni. Kita tidak membuka untuk umum untuk menghindari sosial distancing, karena jika tidak maka gereja bisa penuh makanya kita bagi per wilayah. Kami berharap semua umat bisa memahami keadaan saat ini," ungkap Pastor Amandus Pr. (Shanty)

Karena Pandemi, Sebaiknya Mereka Ini Jangan Ke Gereja dan Mesjid

Gereja Sempan telah dibuka sejak pekan lalu

MIMIKA, BM

Penularan Corona Virus di Mimika terus mengalami penurunan namun pandemi ini belum benar-benar berakhir.

Ini harus diingat dan menjadi catatan bagi semua masyarakat Mimika agar patuh pada penerapan protokol kesehatan.

Jika kita lalai dalam kepatuhan ini maka bisa saja penularannya kembali aktif dan akan lebih meningkat.

Apalagi dikhawatirkan masih ada kemungkinan gelombang kedua akibat dari dibukanya akses umum untuk transportasi udara termasuk laut nanti.

Saat ini Mimika tengah mempersiapkan diri menuju masa New Normal dengan diberlakukannya Status Tanggap Darurat Adaptasi Hidup Baru.

Kebijakan Adaptasi Hidup Baru ini secara tidak langsung merelaksasi banyak hal yang tidak kita temui lagi pada saat PSDD dan Pra New Normal kemarin.

Salah satunya yakni, dibuka kembali aktifitas peribadatan di rumah-rumah ibadah, baik gereja, mesjid maupun pura.

Hanya saja, dalam penularan Covid-19, perlu digaris bawahi bahwa ada kelompok masyarakat yang dikategorikan sebagai kelompok rentan sehingga mereka harus dilindungi.

Salah satunya, dengan tidak boleh mengikuti aktifitas peribadatan di rumah ibadah namun dapat dilakukan hanya dari rumah.

Mereka adalah lansia 60 tahun ke atas, yang memiliki riwayat penyakit ganguan saluran pernapasan, gangguan fungsi hati, ginjal, diabates dan komplikasi lainnya.

"Mereka ini harus berdoa dari rumah saja, termasuk anak-anak dan balita karena ini kelompok rentan yang harus kita lindungi. Masyarakat yang juga sedang sakit, batuk, sesak nafas dan pilek juga tidak boleh ke gereja atau mesjid. Selain protokol kesehatan, Ini salah satu cara kita saling menjaga," ujar Reynold Ubra.

Ia mengatakan, sejak pekan lalu sudah ada beberapa tempat ibadah yang telah dibuka dan telah menjalankan aktifitas peribadatan atau sembayang.

"Kami apresiasi gereja-gereja yang secara mandiri telah melakukan dan mempersiapkan penunjang protokol kesehatan secara mandiri termasuk di mesjid. Ini menunjukan bahwa kita semua punya tanggungjawab yang sama dalam menghadapi situasi saat ini," ujarnya.

Salah satu gereja yang telah menerapkan protokol kesehatan secara mandiri dan menyeluruh adalah Gereja Katolik Santo Stefanus Sempan. Bahkan pekan lalu, gereja ini telah melakukan tiga kali Misa Perayaan Ekaristi (Ibadah-Red).

Pantauan BeritaMimika pada pekan lalu, sebelum umat masuk di halaman gereja dilakukan pengecekan suhu tubuh oleh petugas yang dilengkapi dengan Alat Pelindung Wajah.

Jika didapati suhunya mencapai 37,5 derajat maka umat akan di suruh kembali dan berdoa dari rumah.

Di depan dan kedua pintu samping Gereja Sempan, juga telah tersedia 20 titik kran air dan sabun pencuci tangan. Umat wajib mencuci tangan sebelum masuk ke gereja.

Tempat kolekte untuk uang persembahan yang biasanya ada di dalam gereja juga dipindahkan ke depan gereja. Umat yang membawa persembahan langsung dapat memasukannya ke tempat tersebut sebelum masuk gereja.

Di dalam gereja setiap umat wajib menggunakan masker dan membawa hand sanitezer, walau Gereja Sempan telah menyiapkan hand sanitezer di beberapa tempat dalam gereja.

Umat juga tidak diperbolehkan masuk seenaknya dan memilih tempat karena sudah ada petugas yang akan mengantar dan mengatur tempat duduk umat.

Kursi yang disediakan juga telah diberi garis berbatas sehinga satu kursi yang biasanya memuat 5-6 orang hanya bisa duduki oleh 2 orang secara terpisah.

Saat menyambut Sakramen Kudus, pastor dan umat juga dibatasi dengan sekat pemisah. Batas jarak juga telah disediakan ketika umat akan melakukan komuni atau menyambut Sakramen.

Perayaan ekaristi pada misa pertama pekan lalu dihadiri sekitar 100 umat paroki gereja ini. Dari kapasitas gedung dan tempat duduk, Gereja Katolik Stefanus Sempan mampu menampung 2000 umat.

Namun di musim pandemi Covid-19 ini, kapasitas ruang gereja di seting sedemikian rupa sehinga hanya dapat menampung 670 umat.

Bagi umat Katolik yang beribadah di Gereja Katolik Santo Stefanus Sempan, Misa pertama diadakan hari Sabtu pukul 17.30 Wit.

Sementara hari Minggu dibagi menjadi tiga yakni Misa I pukul 06.30 Wit, Misa II pukul 08.30 Wit dan Misa III pukul 16.30 Wit.

Dan perlu diingat, di tengah pandemi ini balita dan anak-anak, orangtua (diatas 60 tahun), mereka yang terkena batuk, flu dan pilek tidak diperkenankan mengikuti misa di Gereja Sempan. Protokol dan aturan-aturan ini sudah dilaksanakan dan diumumkan juga oleh Pastor Paroki Santo Stefanus Sempan Maximilanus Dora, OFM. (Ronald)

Top