Terpilih Sebagai Sekolah Penggerak, SMA Tiga Raja Terapkan Kurikulum Merdeka Belajar
Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas SMA YPPK Tiga Raja, Maria Agata Ayang
MIMIKA, BM
SMA YPPK Tiga Raja Mimika terpilih sebagai sekolah penggerak di Kabupaten Mimika. Setelah melalui proses seleksi pada awal tahun 2022, di tahun ajaran baru tepatnya pada bulan Juni dan Juli sekolah ini telah menerapkan kurikulum Merdeka Belajar.
Ditemui BeritaMimika, Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas SMA YPPK Tiga Raja, Maria Agata Ayang, Selasa (15/11/2022) mengatakan proses seleksi dilaksanakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan kepala sekolah yang mendaftarkan.
“Kepala sekolah yang mendaftar lalu mengikuti pengarahan. Kepala sekolah kemudian melaksanakan tes tertulis, praktek dan administrasi juga. Dianggap kalau kepalanya lolos artinya bisa mengarahkan ke bawah,” ungkapnya.
Lanjutnya, penerapan kurikulum merdeka belajar tidak hanya dikhususkan untuk sekolah penggerak saja namun seluruh sekolah diberi kebebasan jika ingin menerapkannya.
“Juni-Juli kita mulai belajar kurikulum ini dari kelas 10. Yang membedakannya dengan kurikulum sebelumnya, Merdeka Belajar ini adalah cara pandangnya yang berbeda menuntut pembaharuan dalam pembelajaran,” jelasnya.
Ia menuturkan pada awalnya sekolah harus melakukan asesmen diagnostik yakni tes minat bakat siswa dan cara belajar.
“Setelah tahu setiap anak itu tipe belajarnya seperti apa, baru dalam pembelajaran guru yang harus menyesuaikan. Misalnya di dalam kelas ada tipe belajar audio berarti siswa itu lebih suka pakai musik. Nanti gurunya yang harus menyesuaikan,” ungkapnya.
Dikatakan untuk siswa kelas 10 kini sudah tidak ada lagi penjurusan baik IPS, IPA maupun bahasa. Pada tingkat lanjutan, para siswa diberikan kebebasan memilih pelajaran sesuai minat dan bakat siswa.
“Jadi siswa tidak dipaksa untuk mengikuti pembelajaran yang bukan jadi minat bakat mereka. Kalau matematika, bahasia Indonesia, dan bahasa Inggris tetap wajib karena itu kemampuan umum harus dimiliki. Itu salah satu ciri khas dari sekolah penggerak,” tuturnya.
Selain dari sistem pembelajaran, menurutnya ada hal baru juga yang dipelajari yakni projek penguatan profil pelajar pancasila.
“Anak-anak harus membuat sebuah projek, dan rentang waktunya berbeda dengan projet dalam kelas, misalnya projek budidaya itu hanya satu bulan pembelajaran setelah itu diganti materi berikutnya," ujarnya.
"Akan tetapi projek penguatan profil pelajar pancasila secara umum banyak pelajaran yang kolaborasi. Dari awal, anak-anak yang persiapkan didampingi guru dan itu prosesnya empat bulan. Jadi harus buat modul dan perencanaannya jauh-jauh hari,” imbuhnya.
SMA YPPK Tiga Raja saat ini memiliki 140-an siswa dan dan setelah diterapkan Merdeka Belajar pada kelas 10, Ayang mengungkapkan kebanyakan siswa lebih suka akan visual dan audio.
“Sudah tidak sama dengan jaman dulu dimana kita duduk dan mendengarkan, tetapi anak sekarang setelah melihat sesuatu, mendengarkan lagu, lihat video langsung melakukan kinetiknya atau praktek,” ujarnya.
Ia mengambil contoh misalnya anak-anak yang lebih suka gerak bukan berarti suka olahraga semuanya atau mereka yang suka biologi langsung praktek membuat pupuk.
Jika minat di kewirausahaan langsung praktek budidaya ikan lele dan jika siswa suka rekayasa elektromangnetik langsung praktek membuat kipas angin.
“Jadi, ada beberapa cara deklarasi ramah digital yaitu menolak intoleransi dan pembullyan. Setelah diterapkan kami workshop dengan mengundang guru sekolah lain dan lebih luasnya lagi melalui media sosial dengan men-tag Kemendikbud.
“Jadi setelah pembuatan projek itu ada hasilnya lalu disajikan ke masyarakat, kami memilih pentas seni, bazaar, perlombaan dan pameran di bulan Desember nanti. Kami akan mengundang siswa dan guru sekolah lain, disitulah kami perkenalkan dan perlihatkan inilah yang sudah dibuat oleh kami,” jelasnya.
Ayang mengatakan dalam menerapkan kurikulum Merdeka Belajar, SMA YPPK Tiga Raja Mimika mendapatkan pendampingan dari fasilitator Badan Guru Penggerak (BGP)
“Mereka melakukan pendampingan kepada kami dengan terus datang ke sekolah dan via zoom serta loka karya. Kami langsung persentasikan ke mereka,” ujarnya.
Ayang melihat bahwa kurikulum Merdeka Belajar berguna untuk memajukan pendidikan bergerak bersama.
Merdeka Belajar memulihkan pendidikan setelah dua tahun lamanya pendidikan tidak maksimal dan mengalami kemunduran oleh karena pandemi Covid-19.
“Dengan adanya sekolah peggerak ini banyak memberikan pelatihan dan memulihkan keadaan kita bahkan mungkin kita bisa maju lebih baik dari kondisi sebelum covid. Banyak sekali pelatihan dan ilmu baru untuk sekolah, guru dan murid," ungkapnya.
"Merdeka Belajar lebih efektif karena anak-anak senang mereka tidak hanya belajar di kelas dengan teori saja tetapi langsung ada produknya atau ilmu yang diterapkan sehingga ketika lulus dari sekolah mereka ada bekal misalnya menjadi wirausaha,” pungkasnya. (Elfrida Sijabat)