Petani Heran, Di Lahan Ini 500 Pohon Cabe Selama Setahun Hasilkan 7-8 Juta Perbulan
Kapolres Era saat membagikan ilmu bercocok tanam kepada petani
MIMIKA, BM
Puluhan petani yang tergabung dalam kelompok tani Mapurujaya dan SP7 yang merupakan binaan Noken Polres Mimika, melakukan kunjungan ke tempat pertanian, peternakan, perkebunan dan budi daya ikan milik kapolres Mimika, Sabtu (26/6).
Di lahan ini mereka belajar bagaimana membuat pupuk kompos, menaman rica dengan pola noken dan menaman jahe secara langsung dari Kapolres Mimika, AKBP AKBP I Gusti Gde Era didampingi Aiptu Lalu Hiskam Anady, pers posko Binmas Noken.
Kepada para petani, Kapolres Era mengatakan Kota Timika terlalu kaya untuk menjadi miskin. Di sini tidak ada musim kemarau karena selalu ada hujan. Selain itu tanahnya datar sehingga mudah dikelola untuk bertani.
"Harapan saya, semua lebih memahami apa yang selama ini kami lakukan. Hanya saja semua perlu belajar. Di lingkungan (lahan-red) kami sudah melakukan beberapa kali penelitian tentang apa saja yang perlu dan bisa dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan kita bersama," ungkapnya.
Kapolres Era menyebutkan, di lahan ini ditanam segala macam sayuran dan buah dari berbagai jenis termasuk mengembangkan peternakan ayam dan budi daya ikan.
"Semua kami coba tanam dan kembangkan di sini. Saya ingin lihat mana yang kira-kira cocok dan bisa mendukung kemajuan di Mimika terutama bagi petani dan peternak," ujarnya.
Ia berharap agar para petani maupun peternak yang pernah belajar di tempatnya, dapat berkembang dan menjadi besar dalam mengembangkan usaha tani dan ternak mereka.
"Timika kota sentral bagi kabupaten tetangga di pegunungan. Semua kebutuhan di sana mereka datangkan dari Timika. Di sana mereka sulit kembangkan pertanian karena mahalnya pupuk dan transportasi. Kita harus melihat peluang ini untuk berkembang," ajak kapolres.
Ia berharap agar para petani dapat melihat peluang yang ada. Misalnya komoditi apa yang mudah di rawat dan mudah menghasilkan.
"Cabe dan jahe masih normal namun masih didatangkan dari Ambon padahal mudah dirawat dan menghasilkan nilai ekonomi yang tinggi. Harga cabe selalu di atas 50 ribu sampai 120 ribu. Padahal jika dari luar biasa cepat busuk. Otomatis maka kebutuhan ini harus dipenuhi dari Timika sendiri," jelasnya.
Di lahan cabe, Kapolres Era menunjukan dan mencontohkan 500 pohon cabe yang selama setahun ini terus menghasilkan dan tidak mati dimakan hama. Bahkan dalam sebulan, keuntungan yang didapatkan bisa mencapai Rp7-8 juta.
"Kenapa tahan lama? karena kita menanamnya dengan pola noken (polybag). Karena dengan cara ini unsur hara dan pupuk tidak kemana-mana. Kalau di tanah, datang hujan unsur hara dan semuanya menghilang akhirnya jadi kuning," terangnya.
Menaman cabe dengan pola noken juga tidak menggunakan pupuk kimia namun hanya menggunakan pupuk kandang. Cara membuatnya pun sederhana.
Dimulai dengan menyediakan media, menggunakan tanah gembur dan menggunakan kompos tahi ayam. Ketika cabe mulai bertumbuh, pucuknya harus langsung di potong agar bisa bercabang dan berbuah lebat.
"Pada saat curah hujan, kitapun juga harus mengompresnya dengan air tanah waktu pagi dan sore supaya unsur asam di air hujan menghilang," ujarnya.
Pada momen ini, Kapolres Era juga mengajak para petani melihat kebun jahe yang berjajar rapi di lokasi ini. Ia juga menyampaikan bagaimana caranya tanaman jahe ini dirawat, dipelihara dan dipupuk.
Ia mengatakan, jahe temasuk dalam tanaman jangka panjang. Waktu panenya berkisar 8-13 bulan. Dengan rumus perhitungan ekonomi yang sederhana, Kapolres juga menyampaikan bagaimana caranya agar para petani dapat memperoleh keuntungan yang lebih dari sisi ekonomis ketika menanam jahe.
"Kita sudah harus merubah mindset kita untuk menjadi petani yang produktif dan ekonomis. Saya berharap apa yang kalian dapatkan di sini, dikembangkan. Kami juga akan mendukung dan memberikan pendampingan agar kalian bisa maju dan berkembang menjadi petani hebat dan besar di Timika," ungkapnya.
Sementara itu, Pendeta Sawaki dari GPDI Sion Mapurujaya menyampaikan terimkasih atas ilmu, arahan, bimbingan dan motivasi yang diberikan oleh Kapolres Era Adhinata.
"Kami punya kelompok tani pemuda gereja yang sudah menanam cabe sebanyak 80 karung. Dari apa yang dijelaskan, kami akhirnya mengerti bahwa menanam cabe di karung itu tidaklah tepat. Kemudian banyak hal lain juga yang disampaikan kapolres dan membuat kami pada akhirnya tahu dan mengerti. Ini jadi motivasi dan pengetahuan baru bagi kami. Kita dari Mapurujaya ada 7 orang," ungkapnya. (Ronald)