Sanggar Evav Production Perkenalkan Budaya Kei, Start Dari Timika Hingga Go Milan, Italy
Para penari saat melakukan pementasan tarian adat di Graha Eme Neme Yauware, Kamis (1/11/2023) malam
MIMIKA, BM
Dibawah pimpinan Sanggar Evav Production, 100 penari dan seniman yang berasal dari Kepulauan Kei, Maluku Tenggara, Indonesia mengadakan konser budaya yang dikemas secara teaterikal dan kolosal.
Konser ini mengangkat tema "Semalam Di Kei" yang diselenggarakan selama tiga hari terhitung sejak Rabu (1/11/2023) hingga Jumat (3/11/2023) di Graha Eme Neme Yauware.
Konser ini tidak hanya diselenggarakan di 11 kota tujuan di Indonesia saja melainkan juga go international ke Milan, Italy dengan jangka waktu enam bulan.
Adapun 11 kota tujuan tersebut start (dimulai-red) dari kota Timika, Jakarta, Bogor, Bandung, Jogjakarta, Solo, Semarang, Malang, Surabaya, Makassar, Ambon.
Dari Ambon setelah pemilihan presiden, sanggar ini akan menuju kota Fakfak kemudian Sorong, Manokwari, Jayapura, Merauke, Jakarta lalu go internasional ke Milan, Italy.
Ditemui usai pagelaran konser hari pertama, Rabu (1/11/2023) malam, Ketua tim sekaligus sutradara Antonius Wartratan kepada BeritaMimika mengatakan tujuan konser ini diadakan guna menggalang dana untuk pembangunan gereja Katolik Santa Maria Goretti di Kei, tepatnya Kampung Rumadian.
“Gereja ini yang menjadi inisiasi Yang Mulia Mgr. Seno Ngutra (Inno Ngutra) Keuskupan Amboina. Tujuan kedua adalah konser edukasi. Mangkanya dari awal kami menyampaikan ke panitia dibatasi audience jangan diatas seribu karena akan gaduh, edukasi tidak akan tersampaikan,” katanya.
Lelaki yang akrab disapa Toni ini menjelaskan konser edukasi ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum tentang Kei. Timika dipilih sebagai start awal karena kepanitiaan lokal sangat siap dalam waktu singkat.
Toni Watratan, pimpinan tim sekaligus Manager Evav Production
Pada konser hari pertama, audience disuguhkan tari-tarian seperti tarian pada saat pembukaan yakni tari Sawat. Ada juga tarian tematik tentang masuknya hukum adat Larvul Ngabal, sampai tari peperangan kekacauan di Kei. Ada juga yang mengisahkan tentang masuknya Islam, Protestan dan Katolik di Kei.
“Mulai dari Kei masih gelap, perjalanan tumbuh dan berdirinya hukum adat Larvul Ngabal. Lalu masuknya agama-agama dengan segala aturan agamanya. Ternyata, semua agama yang masuk ke Kei itu tidak ada satupun hukum-hukum agamanya yang bertentangan dengan hukum adat Larvul Ngabal yang terpelihara sampai hari ini,” imbuhnya.
Ada juga gambaran perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia yang mana telah melahirkan para pahlawan asal Kei yang dibawakan dengan apik oleh seorang anak berbakat bernama Raja Rafra.
“Dalam perjuangan pergerakan itu, pulau Kei kembali melahirkan beberapa putera terbaik yang meneteskan darahnya untuk ibu Pertiwi. Sebut saja Karel Sadsuitubun, Eli Yakim Teniwut alias Komarudin, Henricus Dumatubun penerbang hebat yang akhirnya tewas bersama pesawatnya,” jelasnya.
Untuk esok (hari ini-red), audience akan diberikan gambaran tentang Kei yang sudah maju baik dari sisi peradaban, kebudayaan, hukum dan keindahan pariwisatanya yang sudah mendunia.
Menariknya, 100 penari yang terlibat dalam konser budaya untuk pembangunan gereja Katolik ini tidak hanya melibatkan 50 orang yang beragama Katolik saja, melainkan 25 diantaranya adalah Muslim dan 25 Protestan.
“Intinya kami datang memperkenalkan kepada orang-orang di kota tujuan selain seni dan budaya Kei juga memberi gambaran lain bukti toleransi orang Kei. Jadi ini suatu hal yang luar biasa sebuah sejarah baru bukti toleransi Basudara di Evav;” ungkap Toni.
Salah satu ibu asal Kamoro juga menyanyikan lagu adat penyambutan Orang Kei yang datang pada perjalanan misi dahulu ke Mimika
“Dimana dari dulu basudara Muslim kalau bangun masjid mereka tunggu dulu saudara Kristen dan Katolik pergi pasang tiang pertama. Begitu juga orang Kristen mau membangun gereja, mereka tunggu dulu orang muslim datang pasang daun seng pertama,” lanjutnya.
Toni yang juga merupakan Manager Evav Production mencoba mengakomodir tidak hanya seniman dari Kei, namun juga yang ada di seluruh Indonesia baik dari Jakarta, Surabaya, Ambon dan Jayapura.
“Puji Tuhan semua yang datang disini mereka bekerja dengan hati dan tidak dibayar. Kami hanya menyiapkan transportasi,” ujarnya.
Di kota akhir tujuan Sanggar Evav Production mendapatkan kepercayaan dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Roma untuk tampil di Milan, Italy.
“Sebuah kehormatan bisa go internasional untuk kedua kalinya. Tapi nanti tanggal 23-26 November 2023 kami diundang sebagai bintang utama pada Festival Seni Budaya Asia Pasifik di Balai Sarbini, Jakarta. Dimana akan dihadiri oleh 121 negara sahabat dan diliput oleh 200 stasiun televisi swasta baik dalam dan luar negeri,” akunya.
Tony yang juga merupakan mantan anggota DPRD Maluku Tenggara berharap melalui konser budaya penggalangan dana ini, dapat mengubah pandangan atau opini masyarakat tentang Kei yang identik dengan baku pukul atau preman.
“Kei memiliki hal yang lebih bernilai, sangat tersembunyi dan orang belum tahu. Untuk anak cucu yang lahir diluar Kei dapat mengenal hukum adat Larvul Ngabal bukan hanya slogan,” tandasnya.
“Tetapi mereka tahu hukum itu manfaatnya apa dan dia lahir seperti apa. Perjalanan dan perjuangan seorang Nen Dit Cak Mas seorang perempuan Srikandi Kei hebat untuk melahirkan itu dia akhirnya mengorbankan dirinya, keperawanannya, kesuciannya hanya untuk hukum itu ditegakkan. Semoga teaterikal ini menjadi sebuah edukasi, maha cerita yang disebut Larvul Ngabal,” pungkasnya. (Elfrida Sijabat)