SATP Luncurkan Sekolah Berbasis Montessori, Pertama di Mimika



SVP Community Development PTFI Nathan Kum dan tamu undangan saat meninjau pembelajaran sistem Montessori Class di SATP

MIMIKA, BM

Sekolah Asrama Taruna Papua (SATP) meluncurkan program montessori dalam kegiatan belajar mengajar bagi para siswa, Jumat (9/8/2024).

Metode Montessori pertama kali dikembangkan Maria Montessori pada 1907 di Italia. Metode pembelajaran tersebut menitikberatkan pada pengembangan potensi individu dengan memberi kebebasan belajar dan penggunaan peralatan belajar sesuai tingkat perkembangan siswa.

Metode Montessori sangat membantu siswa dalam menemukan minat dan bakat mereka. Selain itu, membantu pengembangan potensi kognitif, emosional, sosial, dan motorik secara menyeluruh. Metode tersebut pun dapat meningkatkan kepercayaan diri, kreatifitas, rasa empati, dan ketertarikan siswa dalam mempelajari hal-hal baru.

Pembimbing Program Montessori, Theodora Karmayanti mengatakan, bahwa program ini untuk mereka (siswa) tahu bagaimana harus melakukan sesuatu, hubungan sosial, berelasi, berteman, melakukan kegiatan tanggung jawab kemandirian itu semuanya ada pada metode montessori.

"Montessori ini secara terintegrasi jadi tidak dengan kata-kata tapi dengan melakukan aktivitas dengan seluruh sistem yang kita bangun di sini supaya itu muncul dari anak-anak,"kata Theodora.

Katanya, teknik yang dilakukan di sini sama dengan teknik bidang psikologi. Dan program montessori ini berlaku untuk umum mulai kelas 1 hingga 6 SD namun pembelajarannya berbeda-beda.

"Montessori ini betul-betul melakukan pemahaman kepada karakteristik dan kebutuhan anak mulai dari periode tumbuh kembangnya,"ungkapnya.

Kepala Perwakilan Yayasan Pendidikan Lokon Timika Andreas Ndityomas mengatakan, latar belakang penerapan pembelajaran montessori ini adalah bagian dari pegembangan kurikulum YPL di SATP yaitu kurikulum berbasis kehidupan kontekstual Papua.

Katanya, pengembangan tersebut dilakukan karena sejak tahun 2023 YPL mendampingi anak-anak Papua yang bersekolah ini tentunya membutuhkan sebuah proses pendampingan khusus yang strategis guna membantu anak-anak bisa mengembangkan konsep memahami tentang bentuk dan ukuran yang abstrak.

Lebih lanjut dikatakan Andreas, sejak tahun 2019 SATP menemukan bahwa anak-anak yang lulusan SD kalau dalam kurikulum merdeka dia ada di fase C dan D, namun kapasitas, kemampuan dan kompetensinya masih fase A.

"Dari kondisi inilah yang mendorong kami untuk melakukan kajian kebutuhan riil anak Papua itu bagaimana. Dan dari observasi kita ke sekolah-sekolah internasional kami menemukan metode kurikulum yang paling pas untuk bisa masuk kelompatan kurikulum merdeka adalah program montessori,”jelas Andreas.

Dengan program montessori, kata Andras, proses pembelajarannya lebih kepada logika berfikir, karakter, ketelitian berfikir, bertindak, cara berfikir yang mandiri dan perilaku yang mandiri.

Dasar itulah mengapa program ini sampai diintegrasikan di SATP dengan kurikulum konvensional, sehingga jika nanti kurikulum berubah-ubah tetapi substansi dari desain yang khas Papua ini akan dikembangkan terus seiring dengan berkembangnya kurikulum.

"Selain itu didalam program ini mendidik dengan hati sebagai manusia utuh itu sejalan dengan visi misi YPL,”ungkapnya.

Selanjutnya mewakili YPMAK Wakil Direktur Grant Making dan Strategi Pengembangan Aset, Yohan Wambrauw mengatakan, Ini merupakan program yang benar-benar membawa anak-anak ke dalam proses belajar suatu pengembangan atau potensi anak baik akademik maupun karakter.

"Ini adalah momen dimana YPL menghadirkan program montessori yang mana program ini menghargai siswa. Setiap anak itu unik, masing-masing anak punya cara sendiri menerima pembelajaran,"katanya.

Menurut Yohan, hadirnya program montessori menjadi suatu jawaban atas tantangan bagaimana menumbuhkan suatu kurikulum, suatu metode pembelajaran dimana aktivitas belajar Montessori konteksnya yang terbaik bagi anak Papua.

Mewakili Manajemen PTFI, Senior Vice President Community Development PTFI Nathan Kum mengatakan, bahwa pogram ini sangat baik untuk anak-anak Amungme, Kamoro dan 5 suku kekerabatan lainnya yang bersekolah di SATP.

Menurut Nathan, Montessori ini sangat membantu anak Papua yang baru mau masuk SD. Dengan cara pembelajaran montessori ini membuat anak tidak akan lupa dan gampang diterapkan karena metodenya belajar sambil bermain.

"Menurut saya ini sangat baik dan kami mendukung program ini. Jika orang tua memahami program montessori ini maka orang tua juga bisa menerapkannya di rumah,"pungkasnya. (Shanty Sang)

Top