Novena Kepada Bunda Maria dan Janji Di Depan Sekolah Mengubah Kehidupan Dr Leonardus Tumuka
Dr. Leonardus Tumuka
MIMIKA, BM
Bagi sebagian orang yang hidupnya berkecukupan karena keberadaan ekonomi orangtua yang mapan dan mumpuni, mereka akan bisa dengan mudah meraih dan memperoleh apapun.
Bahkan tentang hak dasar seperti pendidikan saja, mereka akan sangat mudah menggapainya apalagi dibarengi dengan kemauan dan kemampuan yang baik.
Namun hal ini sangat berbanding terbalik dengan mereka yang terlahir dari keluarga yang sederhana yang bahkan tidak memiliki apapun. Jangankan untuk bersekolah, makan sehari saja kadang sudah sangat membahagiakan bagi mereka.
DR, Leonardus Tumuka yang sebelumnya bekerja sebagai karyawan PT Freeport Indonesia dan kini menjabat sebagai Direktur YPMAK Mimika adalah salah satu sosok yang berada dalam kelompok kedua yang disebutkan di atas.
Leo kecil terlahir di Pasir Hitam, kampung Lama Koperapoka dari kedua orangtua yang dangat sederhana yakni Anakletus Tumuka (Ayah) dan Lidia Nawaripi (Ibu) dan merupakan anak pertama dari 10 bersaudara.
Karena keadaan ekonomi saat itu, kehidupan yang selalu berpindah-pindah dan tidak ada sekolah ketika Leo masih kecil, maka mama tuanya, Suster Yohana Nawaripi yang merupakan suster pertama asal suku Kamoro datang dan membawanya ke Nabire.
Di Nabire, Leo bersekolah di SD Inpres Siriwini sampai kelas tiga SD. Saat itu ia merasa sangat merindukkan kedua orangtuanya sehingga saat libur sekolah tiba, ia diizinkan untuk berlibur ke Timika.
Namun saat berada di Timika, ia baru menyadari bahwa kedua orang tuanya sakit. Leo kecil tidak tahan melihat kondisi kedua orangtuanya yang terlihat begitu kurus.
“Tubuh yang kuat saat saya pergi dulu sudah terlihat terlalu lemah karena sakit apalagi kurangnya perlakuan yang baik dari keluarga juga. Akhirnya saya putuskan menetap di Timika dan tidak ingin kembali ke Nabire lagi,” ungkap Dr Leonardus Tumuka saat mengisahkan masa kecilnya.
Di Timika ia kemudian sekolah di SD Koperapoka namun ia tidak fokus belajar karena kedua orangtuanya sakit sehingga ia selalu berusaha untuk membantu mereka.
“Sekolah tidak fokus karena orang tua saya sakit sehingga saya sering membantu mencari ikan bersama almarhum Marsel, ade saya. Saat itu belum ada bendungan. Saya harus bantu mereka supaya menyambung kehidupan kami. Akhirnya saya berhenti sekolah,” ujarnya.
Leo mengisahkan, rumah mereka saat itu hanya beratapkan terpal dan berdinding terpal. Rumahnya saat itu sangat tidak layak dan menurutnya sangat mirip seperti rumah atau tempat tinggal pendulang.
“Karena saya tidak sekolah, suatu saat saudara sepupu saya, almarhum Paulus Omoko datang dan mengajak saya untuk kembali sekolah. Kami bicara banyak hal dan saya pun akhirnya mau sekolah lagi,” ungkapnya.
Saat itu ia bersekolah di SD Inpres Koperapoka namun kemudian pindah ke SD YPPK dan kembali lagi di SD Inpres Koperapoka.
“Ketika saya masuk sekolah kembali, teman-teman saya sudah SMP, saya tetap di SD. Inilah kehidupan. Orang tua saya juga sakit sehingga saya harus bantu mereka,” katanya.
Karena melihat kondisi ekonomi yang terus saja tidak ada perubahan, orang tua Leo (Ayahnya) yang walau dalam keadaan sakit, terpaksa harus menguatkan diri untuk mencari pekerjaan.
Ia ingin agar Leo dan adek-adeknya dapat terpenuhi secara ekonomis terutama untuk masa depan mereka di dunia pendidikan.
“Walaupun bapak dalam keadaan sakit namun dia kemudian memutuskan untuk mencari pekerjaan. Bapak dapat kerja di di CV. Tom Irja yang saat itu adalah kontraktor PT Freeport. Jadi dengan sakit sepanjang malam beliau harus tidur dan paginya dengan sakit itu juga beliau harus pergi kerja,” kenangnya.
“Keyakinan bapak adalah saya harus memberikan makan istri dan anak anak saya meskipun dalam keadaan sakit,” ujarnya.
Semangat yang ada dalam diri bapaknya ini membuat Leo semakin termotivasi. Menurutnya sikap sejati sang ayah ini terus melekat dan memotivasi hidupnya hingga saat ini.
“Kami melihat, kami menyaksikan bagaimana perjuangan bapa dan mama. Mama juga sakit tapi dalam kondisi itu mama masih harus mencari sayur, beli jual beras dan harus bantu cuci pakaian orang di sekitar pasar lama. Ini semua kami alami dan lihat sehingga itu menjadi semacam motivasi bagi saya sebagai anak pertama dari 10 bersaudara,” terangnya.
Semangat dan kekuatan perjuangan yang terus ditunjukkan kedua orangtuanya, membuat Leo berikrar dalam dirinya untuk terus bersekolah, walau apapun yang akan terjadi.
“Sebelum lulus, di depan SD Inpres Koperapoka saya pernah berjanji bahwa hanya sakit dan kematian saja yang memisahkan saya dari berhenti sekolah. Saya akan terus bersekolah, apapun yang terjadi,” ujarnya.
Bahkan untuk menguatkan keinginannya ini, Leo melakukan devosi khusus kepada Bunda Maria melalui Novena. Ia meminta Bunda Maria sebagai perantara untuk hidup yang dijalaninya.
“Saya ini orang yang pemalas dan merasa tidak ada masa depan jadi saya harus lakukan sesuatu dengan sekolah. Saya berdoa buat doa novena 3 kali salam Maria saat itu. Saya meminta kepada Bunda Maria untuk kasih saya kekuatan dan jalan untuk saya,” kisahnya.
“Dengan gaya anak-anak saat itu tapi saya meminta kepada Bunda Maria kasih saya jalan. Puji Tuhan tidak lama setelah itu saya tamat sekolah lalu saya buat janji depan SD bahwa saya akan terus melanjutkan sekolah,” ungkapnya.
Leo kemudian melanjutkan sekolah di SMP YPPK Santo Bernadus dan tamat pada tahun 2002.
Di sekolah ini Leo semakin memantapkan niatnya untuk terus bersekolah. Ia bahkan mulai sering rajin belajar untuk membantu meraih apa yang ia inginkan.
“Puji Tuhan saya kemudian dapat beasiswa dari Dirjen Pendidikan Memengah Umum dan saya termasuk dalam 72 anak-anak Papua yang bersekolah di Jawa. Kami sebanyak 15 orang ditempatkan di Madiun. Saya ambil jurusan IPA di SMA Negeri 2 Madiun dan tamat tahun 2005,” kisahnya.
Leonardus Tumuka kemudian melanjutkan sekolahnya di Universitas Pasudan Bandung mengambil Jurusan Hubungan Internasional dan tamat tahun 2009.
“Tuhan sangat baik, saya lulus cumlaude. Saya kemudian melanjutkan sekolah S2 di Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, program Management Sumber Daya Manusia (MSDM). Saat itu saya sempat ditawari oleh LPMAK untuk sekolah dimana saja tapi saya kemudian memilih untuk mengambil S3 di Filipina,” kenangnya.
Di Filipina Leonardus melanjutkan study S3 di University of the Philippine Los Baños, Laguna mengambil Community Development (pengembangan masyarakat) dengan dua spesifikasi. Ia kemudian lulus setelah 3,5 tahun mengenyam pendidikannya sebagai seorang Doctor of Philosophy (Ph.D).
Saat study di The University of The Philippine Los Baños, Leonardo dipilih sebagai Presiden Mahasiswa Asing 2013 yang beranggotakan 29 negara. Ia merupakan orang pertama asal Indonesia yang terpilih sebagai presiden mahasiswa di kampus tersebut.
“Saya setahun memimpin. Semua meminta saya untuk terus memimpin tapi karena sudah sibuk dengan disertasi jadi saya harus fokus. Mereka dari Filipina, Thailand, Vietnam dan lainnya minta saya supaya lanjut tapi kau bagaimana, kita mahasiswa dan harus selesaikan study agar cepat pulang,” ungkapnya.
Sekembalinya dari Filipina, Dr. Leonardus Tumuka mengabdi di RSMM Caritas sebagai kepala bagian Sumber Daya Manusia. Ia juga kemudian diminta sebagai konsultan PTFI dan selama 2 tahun dipercayakan memimpin Yayasan Caritas.
Leo kecil yang dulunya adalah seorang anak yang mengorbankan sekolahnya demi membantu orangtuanya, kini mulai menikmati hasil dari kesetiaan dan kegigihannya berjuang di dunia pendidikan.
Dengan semangat dan keyakinan yang teguh, Dr. Leonardus Tumuka kini menjadi tokoh muda inspirasi bagi anak-anak muda di Papua dan Mimika, khususnya suku Kamoro dan Amungme.
Pria kelahiran 20 Juli 1984 yang sebelumnya bekerja sebagai karyawan PT Freeport ini kini menjabat sebagai Ketua Pengurus Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Suku Amungme-Kamoro (YPMAK), lembaga yang mengelola dana kemitraan PT Freeport Indonesia. Ia dilantik dan dikukuhkan pada 18 Desember 2024.
Selain kini menjabat sebagai Direktur YPMAK, Dr. Leonardus Tumuka sebelumnya adalah ketua Pemuda Katolik Komisariat Cabang (Komcab) Mimika.
Di akhir kisah yang diceritakan kepada BM, Dr. Leonardus Tumuka pada kesempatan ini mengucapkan Terimakasih kepada semua pihak yang selalu mendukung dan menyemangati perjalanan hidupnya, terutama kedua orangtua dan isterinya.
“Semua kesuksesan saya sejak S1 sampai S3 itu tidak lepas dari peran isteri saya. Dia seorang wanita yang luar biasa dan telah memberikan saya tiga orang anak. Kedua orangtua saya dan adek-adek saya juga sangat luar biasa,” ungkapnya.
“Mereka ini semua jadi alasan saya bisa mencapai semua ini. Namun dibalik semua ini, Tuhan Yesus dan Bunda Maria adalah segalanya,” ungkapnya mengakhiri dengan senyum kebahagiaan di malam itu. (Ronald Renwarin)