Distrik Wania dan Mimika Timur Jauh Jadi Penyumbang Kasus Stunting Tertinggi di Mimika
Bupati Mimika Eltinus Omaleng saat menandatangani berita acara komitmen pemda dalam mencegah stunting di Mimika
MIMIKA, BM
Pemerintah Kabupaten Mimika melalui Dinas Kesehatan menetapkan dua distrik yakni Distrik Wania dan Distrik Mimika Timur Jauh yang mana dari 2 distrik tersebut ada 4 kampung yang menjadi lokasi khusus (Lokus) stunting.
Penetapan empat kampung pada dua distrik tersebut dilakukan karena menjadi penyumpang kasus stunting tertinggi di Kabupaten Mimika.
Empat kampung tersebut yakni, Kampung Nawaripi dan Mawokauw Jaya di Distrik Wania hampir 25 persen kasus dan Kampung Fanoma dan Omawita di Distrik Mimika Timur Jauh menyumbang 35 persen kasus.
Melihat tingginya kasus stunting di Mimika maka Dinkes Mimika melaksanakan kegiatan rembuk stunting strategi konvergensi penanggulangan dan pencegahan stunting di Kabupaten Mimika yang dihadiri Bupati Mimika, Eltinus Omaleng, di Moza, Selasa (20/10/2020).
Pada kegiatan ini, juga disepakati penandatangan berita acara komitmen Pemda Mimika dalam pencegahan stunting di Mimika oleh Bupati Mimika, Eltinus Omaleng, Forkopimda dan Pimpinan OPD.
Kepala Dinas Kesehatan Mimika, Reynold Ubra mengatakan penyebab utama stunting di empat kampung ini terdiri dari beberapa faktor yaitu pertama, aspek intervensi spesifik yang lebih mengarah pada faktor akses pelayanan kesehatan yakni preventif dan kuratif.
Pelayananan kesehatan di empat kampung ini dimana seharunya remaja putri menerima tablet besi, ibu hamil yang menerima layanan antenatal care sampai bersalin dan kemudian intervensi pemberian ASI pada Baduta dan Balita itu masih rendah.
"Jadi pelayanan kesehatannya lebih fokus kepada upaya kuratif. Kemudian, penyebab tidak langsung atau intervensi sensitif yaitu akses atau ketersediaan air bersih, air minum dan sanitasi juga menjadi masalah. Intervensi ini menjadi persoalan yang sangat mendasar yang kemudian merambah pada tingginya penyakit lain seperti diare, TBC dan penyakit kulit,"tutur Reynold.
Sedangkan, faktor kedua yaitu lingkungan khususnya lingkungan pendidikan, dimana masyarakat khususnya orang tua belum diintervensi terkait pentingnya gizi bagi anak. Intervensi tentang hal ini di kampung-kampung hampir tidak ada.
Faktor ketiga adalah akses pangan bergizi. Keberlanjutan dari pangan bergizi belum tersedia secara baik pada empat kampung tersebut.
“Kita tahu ada beras raskin, kan tidak mungkin untuk mendapat makanan yang bergizi hanya dengan beras. Dan faktor terakhir adalah faktor jaminan sosial, dimana dari jaminan sosial terlihat bahwa pemerintah daerah telah mengintegrasikan Jamkesda kepada JKN-KIS dan Bantuan Langsung Tunai (BLT), namun yang menjadi permasalahan adalah Bantuan Pangan Non Tunai,"tutur Reynold
Jadi, kata Reynold, masalah stunting di Mimika itu secara kompleks dan harus memang diselesaikan secara bersama-sama. Pelayanan kesehatan akan mengambil fungsinya, dinas terkait dan unsur lainnya juga harus terlibat. (Shanty)