2025, Dinkes Mimika Tergetkan 1 Juta Testing Malaria

Kepala Dinas Kesehatan Mimika, Reynold Ubra.


MIMIKA, BM

Komitmen pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika untuk pencegahan kasus malaria meningkat terus digalakan.

Upaya yang dilakukan adalah dengan menargetkan satu juta tes malaria kepada warga.

"Tahun 2025 ini kita target pemeriksaan malaria sebanyak 1 juta tes," kata Kepala Dinas Kesehatan Mimika, Reynold Ubra.

Reynold mengatakan sejak Januari hingga 26 Februari 2025 sudah dilakukan tes malaria terhadap 31.665 orang di Timika dimana 1.076 orang diantaranya positif malaria.

"Saat ini Positivity Rate-nya adalah 3,4 persen sedangkan target nasional adalah kurang dari 5 persen," ujarnya.

Dijelaskan, Positivity Rate (PR) malaria adalah tingkat positifitas kasus malaria yang dihitung dari jumlah laporan laboratorium yang diterima. Jika Positivity Rate rendah berarti menunjukkan hanya sedikit orang positif dari keseluruhan orang yang dites.

"Ini artinya, standar nasional Positivity Rate-nya itu kurang dari 5 persen kita sudah masuk," tuturnya.

Ia mengatakan Puskesmas dengan wilayah penduduk terpadat seperti Puskesmas Timika dari 9.000 orang yang di tes hanya 1,6 persen yang positif. Sementara, Puskesmas Pasar Sentral yang menjadi Lokus program Tempokastuntas dari 457 yang dites hanya 7 orang yang positif atau sekitar 1,5 persen.

Rata-rata jumlah positif malaria di setiap Puskesmas masih berada pada 1,5 persen, kecuali di wilayah Puskesmas Kampung Mandiri Jaya dan Sempan karena jumlah testingnya sedikit.

"Tapi secara keseluruhan positivity rate 3,4 persen. Kita akan mempercepat jumlah testing perhari harus 1.000 orang. Baru ini perhari rata-rata masih 400-500 testing,"ujarnya.

Dikatakan, bahwa pada tahun 2024, dari 666.000 lebih yang di testing, 23 persen diantaranya terdapat kasus positif malaria. Jumlah itu terjadi penurunan 2 kali jika dibandingkan pada tahun 2018 dan 2019 dimana positivity rate di dua tahun tersebut ada di posisi 41 dan 42 persen.

Katanya selain penularan, tingkat kekambuhan dan ketidakpatuhan juga masih tinggi. Sehingga untuk menurunkan penularan dari manusia ke manusia melalui nyamuk maka perlu dilakukan pemberantasan sarang nyamuk.

Ketidakpatuhan yang masih tetap tinggi, menurut Reynold, sangat diperlukan kampanye dari pihak keluarga sebagai bagian dari pendamping dan pengawas minum obat.

Tahun ini, Dinas Kesehatan bekerjasama dengan Kader-Kader yang ada di desa untuk bisa menjadi juru malaria. Sebab tahun ini, pelayan kesehatan sudah harus terintegrasi pelayanan primer termasuk Kader harus memiliki 25 kompetensi.

"Jadi, tahun 2025 ini, tidak ada lagi kader malaria, kader TB, kader Posyandu. Semua itu dijadikan satu Kader untuk memperkuat pelayanan di Posyandu," pungkasnya. (Shanty Sang)

Top