Ribuan umat Katolik Tiga Raja Rayakan Minggu Palma

Umat Katolik Gereja Tiga Raja saat melakukan arak-arakan daun palma

MIMIKA, BM

Ribuan umat Katolik Keuskupan Timika, merayakan Minggu Palma untuk memperingati peristiwa Yesus masuk ke Kota Yerusalem.

Pantauan BeritaMimika.com di Gereja Katedral Tiga Raja Timika, Minggu (24/3/2024) ribuan umat memadati gereja dengan membawa daun palem.

Perayaan diawali dengan upacara pemberkatan daun palma oleh Pastor Amandus Rahadat, Pr di halaman gereja katedral dan dilanjutkan dengan perarakan ke dalam gereja.

Perayaan Minggu Palma itu juga ditandai dengan pembacaan kisah sengsara Yesus Kristus yang diambil dari Injil Markus. Umat diajak untuk merenungkan kisah sengsara Tuhan Yesus.

Pastor Amandus Rahadat,Pr dalam khotbahnya mengatakan, dalam bacaan injil kita dihadapi dengan dua situasi yang kontras.

Situasi pertama Yesus menjadi bintang idola, terkenal, figur publik, figur yang dicari-cari banyak orang dan figur yang dinanti-nantikan kedatangannya dan hari ini Dia masuk Kota Yerusalem dimana rakyat berseru Hosana.

"Dan tadi kita masuk dalam gereja juga sama, dengan melambai-lambaikan palem dan berseru Hosana,"kata Amandus.

Sedang situasi yang kedua, Yesus yang sama dianggap pemberontak, penista agama, dianggap sebagai penjahat, diadili sebagai narapidana, diolok-olok, Yesus betul tidak berdaya.

"Dan hari ini Dia berada di tengah-tengah masa rakyat yang beringas siap menerkam dengan teriakan "Salib kan Dia. Banyak sekali kita melakoni peran ganda model orang Yahudi," ujarnya.

Untuk menjelaskan peran ganda yang sering dilakoni umat manusia, Pastor Amandus menceritakan sebuah kisah ilustrasi tentang sepasang suami istri yakni Didi dan Stela yang mana sehari-harinya hidup mereka bahagia.

"10 tahun kemudian, 20 tahun kemudian Stela dan Didi tidak sendirian lagi, sudah ada tiga anak yang butuh perhatian orangtua khususnya Stela. Stela yang dulunya cantik pelan-pelan cantiknya luntur karena dia jarang merawat diri dan akhirnya sudah jarang jalan bareng seperti dulu lagi. Panggilan untuk keduanya pun berubah," jelasnya.

Lebih lanjut dikatakan, panggilan nama yang mulai berubah itu merupakan ungkapan salibkan Dia.

Pertanyaannya, apakah Didi dan Stelah orang yang berbeda dengan Didi dan Stela yang 20 tahun lalu ? Tidak, mereka orang yang sama, yang berbeda adalah situasi, kondisi dan kepentingan.

"Inilah pribadi ganda Didi dan Stela. Di sini orang Yahudi masih hidup dalam diri Didi dan Stela yang sudah tidak konsisten lagi,"ungkapnya.

Pesan di Minggu Palem ini adalah mengulangi slogan yang sering disebut dan sangat populer, cantik atau jelek engkau adalah istriku.

Ganteng atau loyo engkau adalah suamiku, senang atau susah keluarga ini engkau adalah idolaku, bahagia atau sedih pernikahan ini engkau adalah pasanganku.

Buruk atau gemilang prestasimu engkau adalah anakku, menarik atau membosankan khotbahmu engkau adalah pastorku, mujur atau malang nasib hidup ini, Yesus Adalah Andalanku. (Shanty Sang)

Top