Pendidikan

SMA YPPK Tiga Raja Sudah Terapkan Sistem Belajar Online

Kepala Sekolah SMA YPPK Tiga Raja

MIMIKA, BM

Tiga bulan lagi perhelatan Pesta Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi) XIII akan digelar dimana Kabupaten Mimika didaulat sebagai tuan rumah penyelenggaraan.

Tercatat sudah 38 kontingen dari 42 peserta kabupaten kota se-Tanah Papua dipastikan akan mengikuti perhelatan tersebut dengan perkiraan peserta sebanyak 11.826.

Sejumlah tempat baik hotel, kantor dinas dan sekolah dijadikan tempat penginapan para peserta. Salah satunya adalah SMA YPPK Tiga Raja. 12 ruang kelas di sekolah ini akan digunakan sebagai tempat menginap peserta.

Dengan demikian maka ketika kegiatan berlangsung para siswa akan diliburkan. Walau libur, SMA YPPK Tiga Raja akan menerapkan belajar via online atau yang disebut pendidikan 4.0 dengan memanfaatkan gadget.

Hal ini diungkapkan oleh Kepala SMA YPPK Tiga Raja, Yohanes Indriastata Pramana kepada BeritaMimika diruang kerjanya Rabu (11/3).

”Kelas 12 ujian, tapi kelas 10 dan 11 tidak libur karena harus mengejar materi sehingga ketika 1 Juni nanti mereka bisa istirahat. Mereka diliburkan selama Pesparawi, jadi untuk soal ulangan nanti melalui internet. Soal-soal akan dikirim via online dan para pelajar akan mengaksesnya dari rumah masing-masing,” jelasnya.

Ia mengatakan sistem e-Rapor (rapor sistem online) memang sudah diterapkan sejak tahun lalu. Namun hal ini masih terkendala kesiapan wali kelas mulai dari proses penginputan di web.

“Ini kita akan tingkatkan supaya orang tua dapat memantau nilai siswa langsung di web. Tahun ini, semua masuk ke Tata Usaha (TU), TU input nilai. Wali kelas tinggal print rapor dan serahkan rapor. Kalau ada remedial, wali kelas tinggal bikin catatan nilai perbaikan kemudian kirim ke TU dan kemudian input nilai perbaikan,” paparnya.

Dikatakan, sebelum Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menerapkan Pendidikan 4.0 SMA YPPK Tiga Raja sudah menjalankannya.

Hal ini dilakukan guna mengefisiensi penggunaan kertas dan kekhawatiran pihak sekolah karena banyak pelajar yang menyalahgunakan gadget seperti melihat konten pornografi.

“ini merupakan tahun kelima kami melarang anak membawa handphone ke sekolah, tapi tetap saja ada pelanggaran masih ada anak yang membawa gadget. Memang sulit yang kami takuti bukan cuma permainan (game) atau media social seperti FB dan instagram tetapi konten pornografi. Ini menyedihkan,” ungkapnya.

Menyadari hal tersebut, tercetus sebuah pemikiran untuk mengarahkan para pelajar bagaimana menggunakan gadget untuk meningkatkan minat belajar dan kemampuan pelajar.

“Kami sibukkan mereka dengan mengirim soal sebanyak-banyaknya dan kami batasi waktunya. Begitu terlambat satu detik maka nilainya nol, walaupun sudah mengisi satu atau dua soal tetapi jika lewat waktu nilai tetap dikategorikan nol. Jadi pelajar akan terpacu untuk terus belajar dan memanfaatkan waktu yang digunakan untuk menjawab soal dengan baik,” jelasnya.

Ia menuturkan semua ini dilakukan agar ketika 80 persen para pelajar yang lulus dari sekolah begitu keluar dari Papua mereka tidak lagi buta teknologi.

“Sekarang rasanya seperti sulit untuk mereka tetapi suatu saat nanti pasti akan berguna. Kalau ini dijalankan sebenarnya bisa sejalan dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), siapa yang bisa menguasai teknologi dia yang mengusai kompetisi. Kita manfaatkan teknologi untuk masa depan mereka kelak. Kami pun siap menyukseskan Pesparawi XIII, kalau tidak sekarang kapan lagi,” tandasnya (Elfrida)

Mahasiswa Mimika Yang Kuliah di China Kini Jalani Kuliah Via Online

Meyke Teniwut, Mahasiswi Mimika yang kuliah di China

MIMIKA, BM

Meyke Teniwut (18) adalah mahasiswi asal Mimika yang kini tengah melanjutkan kuliah di University of Technology di Provinsi Zhejiang Kota Hangzhou. Di universitas ini ia mengambil jurusan teknik lingkungan dan saat ini sudah semester dua.

Pada akhir Januari (30/1) lalu, Ia beserta tujuh mahasiswa asal Papua lainnya dari kampus tersebut dipulangkan ke tanah air oleh Pemerintah Provinsi Papua akibat wabah Virus Corona yang ditemukan pada Akhir Desember 2019 di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina.

Selain Meyke, ketujuh mahasiswa lainnya adalah Rosalina Tebadiyeba Gobay (Paniai), Gita Samawi Ajamiseba (Wondama) Marthenci Yosina Sikowau (Serui), Flora Kristina Bonai (Serui), Yosefina Inggrid Offide (Jayapura), Yosefina Sirirei ( Jayapura) dan Carnelia Windi Injilia Yoku (Jayapura).

Kampus mereka berjarak cukup jauh dari Kota Wuhan (tempat lahirnya virus corona), jaraknya enam jam dari Hangzhou. Walau demikian, mereka harus dipulangkan Pemprov Papua agar terhindar dari penyebaran virus ini.

Anak dari Alex Lakesubun pegawai Bappeda Mimika dan Margaretha Rahawarin seorang wirausaha ini sejak 2 Maret 2020 menjalani kuliah online atau jarak jauh dari Timika dengan menggunakan aplikasi WeChat, DingTalk dan SuperStar.

“Kami diliburkan kemarin sampai tanggal 17 Februari, tapi karena situasi disana belum stabil akhirnya kami jalani kuliah online dimulai tanggal 2 Maret. Kemarin saya terkendala aplikasi karena WeChat sempat terblokir padahal semua pemberitahuan sumbernya dari WeChat. Setelah WeChat bagus, aplikasi lain justru yang bermasalah,” katanya saat ditemui BeritaMimika di kediamannya di Jalan Budi Utomo.

Meyke mengatakan jika memilih, ia lebih memilih kuliah secara langsung (tatap muka-red) jika dibandingkan dengan kuliah online, karena menurutnya agak rumit dan terlalu fokus, belum termasuk banyaknya tugas yang diberikan.

”Kami dibagi per kelompok ada 30-40 orang. Satu kelompok satu mata kuliah jadi harus scan barcode. Dosen kasih mata kuliah dalam bentuk live (siaran langsung) atau rekaman video. Kalau live kita bisa paham tapi video sedikit sulit karena saat tidak mengerti tidak bisa langsung bertanya. Kami kuliah gunakan bahasa Inggris dan China,” ungkapnya.

Lanjut Meyke, untuk mata kuliah praktek seperti olahraga mereka pun harus mengirimkan video dimana merekapun sedang melakukan olahraga. Saat ini mereka sebenarnya sudah memasuki semester praktek.

“Akhir semester ini bulan Juni. Kondisi disana belum terlalu stabil. Tapi kami bersyukur sampai sekarang virus corona belum masuk kawasan kampus. Asrama kami juga ada di dalam kampus. Hanya saja di kota Hangzhou tempat saya belajar sudah ada yang kena virus ini,” ungkapnya.

Meyke beserta temannya belum mendapat kepastian kapan mereka akan kembali ke Cina. Hal ini juga dikarenakan kondisi disana yang belum stabil dan steril.

“Dari provinsi Papua belum ada tanggapan apa-apa. Saya berharap corona cepat selesai dan kami bisa cepat kembali kuliah dan praktek. Karena semester ini biasanya kita praktek. Saya rindu suasana disana dan teman-teman di kampus. Di sana supermarket sudah mulai buka di kampus, sebelumnya kantin dan supermarket ditutup tetapi dibuka dalam jangka waktu tertentu saja,” tuturnya. (Elfrida)

300-an Pelajar di Mimika Ikut Kompetisi Sains Nasional

Kepala Sekolah SMAN 1 Mimika

MIMIKA, BM

Sebanyak 300-an pelajar Sekolah Tingkat Menengah Atas (SMA) mengikuti Kompetisi Sains Nasional (KSN) atau Olimpiade Saint National yang dilangsungkan di SMAN 1 Mimika, Selasa (10/3).

300-an pelajar ini berasal dari beberapa sekolah diantaranya SMAN 1 Mimika, SMAN 2, SMAN 4, SMAN 6, SMA Advent dan SMA Ebenhezer.

“Secara nasional, jadwal Mimika kemarin (selasa-red). Kami sudah komunikasikan ke kepala sekolah tolong dibina supaya anaknya dapat mengikuti KSN. Pendaftaran dilakukan secara online. Pemerintah Provinsi Papua menunjuk SMAN 1 sebagai tuan rumah tempat pelaksanaan,” jelas Kepala SMAN 1 Mimika sekaligus Ketua MKKS Drs. Matheus Mamo, M.Pd kepada BeritaMImika diruang kerjanya Rabu (11/3).

Sambung Matheus, adapun sembilan mata pelajaran yang dilombakan adalah matematika, fisika, biologi, ekonomi, geografi, sosiologi, kebumian dan astronomi. Tes ini dilakukan secara tertulis.

“Sejak awal kami sampaikan kepada guru sembilan bidang studi untuk memberikan materi tambahan kepada murid yang akan ikut, agar persiapan mereka matang. Dari situ bisa terlihat siapa saja yang bisa ikut, masing-masing sekolah mengirim tiga perwakilannya total 300 lebih pelajar yang ikut,” terangnya.

KSN dilaksanakan hanya satu hari. Soalnya didatangkan langsung oleh Dinas Pendidikan, Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Papua. Hasil tes tertulis tersebut selanjutnya akan dibawa kembali ke Provinsi Papua hari ini.

“Peminatnya banyak sekali. Ada pelajar yang tidak terdaftar datang mau ikut, ada sekolah yang terlambat juga, setelah kami berkoordinasi dan komunikasi dengan provinsi Papua akhirnya mereka diperbolehkan ikut. Sekarang kita tinggal tunggu hasil,” ungkapnya.

Matheus pun optimis karena KSN sudah sering diadakan dan SMAN 1 Mimika memiliki potensi untuk menang, hal ini bukan tidak berdasar karena SMAN 1 Mimika sering menjadi juara.

“Saya optimis SMAN 1 bisa juara entah satu, dua atau tiga tapi kami tetap optimis,” tutupnya. (Elfrida)

Top