Kesehatan

Mesin PCR di RSUD Mimika Rusak, Hasil Swab Dikirim ke Jayapura dan Kuala Kencana

Kadis Kesehatan Mimika, Reynold Ubra

MIMIKA, BM

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Mimika, Reynold Ubra mengaku bahwa mesin Polymerade Chain Reaction (PCR) di RSUD mengalami kerusakan sejak satu minggu terakhir.

Karena kerusakan tersebut maka spesimen yang ada terpaksa harus di kirim ke Jayapura dan Klinik Kuala Kencana.

"Mesin PCR sejak hari Kamis atau Jumat itu mengalami kerusakan di RSUD sehingga RSUD saat ini belum bisa melakukan pemeriksaan spesimen," tutur Kadinkes Reynold Ubra saat diwawancarai di Hotel Grand Mozza, Selasa (20/10).

Untuk mengatasi hal ini, kata Reynold, Dinas Kesehatan sudah melakukan koordinasi dengan Klinik Kuala Kencana milik PT Freeport Indonesia (PTFI) dan Pemerintah Provinsi Papua.

Sehingga, spesimen dari RSUD Mimika, RS Mitra Masyarakat (RSMM) dan Tim Swab Dinas Kesehatan ada yang dirujuk ke Klinik Kuala Kencana dan Labkes atau Puslitbang dengan batas maksimal 30 spesimen per hari.

"Hal ini dilakukan agar hasil test PCR bisa cepat keluar terutama bagi kontak-kontak erat yang dijaring dan bukan dari kasus yang datang ke rumah sakit,"tutur Reynold.

Katanya, jika bergejala maka akan langsung di swab dan di kirim ke Jayapura namun untuk kontak erat dari kasus terjaring maka akan dijaring dengan rapid test anti gen.

Di Provinsi, lanjut Reynold, saat ini jumlah waiting list ada sekitar 3.000 spesimen yang harus diperiksa namun sayangnya sehari mereka hanya dapat melakukan pemeriksaan 30 spesimen saja.

"Padahal di sini kita runingnya sudah lebih dari 400 spesimen per hari dari 2 modalitas pemeriksaan Klinik Kuala Kencana maupun RSUD," tuturnya.

Dikatakan, Klinik Kuala Kencana setiap hari melaporkan kasus, tetapi hampir sebagian besar dari 400 spesimen itu 30 dari RSUD, RSMM dan dari Dinkes Mimika sisanya dari Tembagapura.

"Saat ini mesin PCR nya sedang diperbaiki (mesin PCR-Red), mudah-mudahan bisa secepatnya selesai karena alatnya mesti dipesan dari luar negeri," ungkapnya. (Shanty)

Distrik Wania dan Mimika Timur Jauh Jadi Penyumbang Kasus Stunting Tertinggi di Mimika

Bupati Mimika Eltinus Omaleng saat menandatangani berita acara komitmen pemda dalam mencegah stunting di Mimika

MIMIKA, BM

Pemerintah Kabupaten Mimika melalui Dinas Kesehatan menetapkan dua distrik yakni Distrik Wania dan Distrik Mimika Timur Jauh yang mana dari 2 distrik tersebut ada 4 kampung yang menjadi lokasi khusus (Lokus) stunting.

Penetapan empat kampung pada dua distrik tersebut dilakukan karena menjadi penyumpang kasus stunting tertinggi di Kabupaten Mimika.

Empat kampung tersebut yakni, Kampung Nawaripi dan Mawokauw Jaya di Distrik Wania hampir 25 persen kasus dan Kampung Fanoma dan Omawita di Distrik Mimika Timur Jauh menyumbang 35 persen kasus.

Melihat tingginya kasus stunting di Mimika maka Dinkes Mimika melaksanakan kegiatan rembuk stunting strategi konvergensi penanggulangan dan pencegahan stunting di Kabupaten Mimika yang dihadiri Bupati Mimika, Eltinus Omaleng, di Moza, Selasa (20/10/2020).

Pada kegiatan ini, juga disepakati penandatangan berita acara komitmen Pemda Mimika dalam pencegahan stunting di Mimika oleh Bupati Mimika, Eltinus Omaleng, Forkopimda dan Pimpinan OPD.

Kepala Dinas Kesehatan Mimika, Reynold Ubra mengatakan penyebab utama stunting di empat kampung ini terdiri dari beberapa faktor yaitu pertama, aspek intervensi spesifik yang lebih mengarah pada faktor akses pelayanan kesehatan yakni preventif dan kuratif.

Pelayananan kesehatan di empat kampung ini dimana seharunya remaja putri menerima tablet besi, ibu hamil yang menerima layanan antenatal care sampai bersalin dan kemudian intervensi pemberian ASI pada Baduta dan Balita itu masih rendah.

"Jadi pelayanan kesehatannya lebih fokus kepada upaya kuratif. Kemudian, penyebab tidak langsung atau intervensi sensitif yaitu akses atau ketersediaan air bersih, air minum dan sanitasi juga menjadi masalah. Intervensi ini menjadi persoalan yang sangat mendasar yang kemudian merambah pada tingginya penyakit lain seperti diare, TBC dan penyakit kulit,"tutur Reynold.

Sedangkan, faktor kedua yaitu lingkungan khususnya lingkungan pendidikan, dimana masyarakat khususnya orang tua belum diintervensi terkait pentingnya gizi bagi anak. Intervensi tentang hal ini di kampung-kampung hampir tidak ada.

Faktor ketiga adalah akses pangan bergizi. Keberlanjutan dari pangan bergizi belum tersedia secara baik pada empat kampung tersebut.

“Kita tahu ada beras raskin, kan tidak mungkin untuk mendapat makanan yang bergizi hanya dengan beras. Dan faktor terakhir adalah faktor jaminan sosial, dimana dari jaminan sosial terlihat bahwa pemerintah daerah telah mengintegrasikan Jamkesda kepada JKN-KIS dan Bantuan Langsung Tunai (BLT), namun yang menjadi permasalahan adalah Bantuan Pangan Non Tunai,"tutur Reynold

Jadi, kata Reynold, masalah stunting di Mimika itu secara kompleks dan harus memang diselesaikan secara bersama-sama. Pelayanan kesehatan akan mengambil fungsinya, dinas terkait dan unsur lainnya juga harus terlibat. (Shanty)

Pemda Mimika Kerjasama dengan PTFI Siapkan 1.000 Alat Rapid Tes Anti Gen


Kepala Dinas Kesehatan Mimika, Reynold Ubra didampingi Kabag Humas Pemda Mimika

MIMIKA,BM

Pemerintah Daerah (Pemda) Mimika melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) saat ini tengah bekerjasama dengan PT Freeport Indonesia (PTFI) guna menyiapkan 1.000 alat rapid tes anti gen.

Pengadaan alat ini sebanyak 500 buah melaui Dinas Ksehatan sementara 500 sisanya dibantu oleh PT Freeport Indonesia.

Kepala Dinas Kesehatan Mimika, Reynold Ubra menuturkan hal ini kepada BeritaMimika di Mozza, Selasa (20/10) siang.

"Kami saat ini sedang menyiapkan untuk mempercepat kontak-kontak erat, agar bisa tahu statusnya dan tidak menunggu terlalu lama dengan menggunakan rapid tes anti gen," ungkapnya.

Reynold mengatakan, Rapid tes anti gen tingkat spesifisitasnya hingga 98 persen dan sangat cepat dalam mengetahui status pasien. Rapid ini digunakan karena saat ini kasus Covid-19 di Mimika sangatlah tinggi.

"Rapid tes anti gen ini sedikit lebih efektif dibandingkan rapid tes yang ada saat ini. Selama ini ada keterlambatan. Untuk mempercepat itu kami mensiasati dengan menggunakan rapid tes anti gen," ujarnya.

"Jadi kontak tracing dilakukan, hasil kontaknya di swab, kalau yang positif langsung kami usul untuk PCR karena dia bisa mendeteksi kasus dan menemukan kasus sampai 98 persen kemudian yang negatif kami minta untuk karantina sehat dan nanti di swab kembali pada hari ke 14," jelasnya.

Dengan demikian maka menurut Reynold, beban kapasitas pemeriksaan di rumah sakit baik di Klinik Kuala Kencana maupun di RSUD semakin berkurang dan setiap orang akan lebih cepat mengetahui statusnya, dibandingkan sebelumnya. (Shanty)

Top