Di Beberapa Kampung, Masih Ada yang Gunakan Obat Tradisional untuk Mengatur Jarak Kehamilan
Kadis DP3AP2KB Mimika, Maria Rettob
MIMIKA, BM
Stunting atau kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis dan stimulasi psikososial serta paparan infeksi berulang terutama dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) bayi atau yang biasa disebut pendek, masih diderita oleh balita yang ada di Kabupaten Mimika.
Kualitas hidup masyarakat tentu harus menjadi perhatian termasuk bagaimana kondisi perekonomian suatu keluarga dan seperti apa pemenuhan gizi untuk ibu hamil dan bayi karena ini faktor utama penyebab stunting.
Di Kampung Mawokau Jaya, distrik Wania saja tercatat sebanyak 200 anak mengalaminya.
Dari 18 distrik yang ada di Kabupaten Mimika, hingga kini sudah ada 14 Kampung KB. 14 Kampung KB tersebut tersebar di seputaran kota Timika ada 6 dan di pesisir pantai 8, sementara untuk daerah pegunungan belum dibentuk karena keterbatasan anggaran.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Mimika Maria Rettob kepada BeritaMimika Senin (10/5) di Hotel Horizon Diana mengatakan Kampung KB tidak dibentuk begitu saja namun ada pembinaan.
“Kami menempatkan petugas Penyuluh Lapangan KB (PLKB) di Kampung KB binaan mereka, hanya saat ini mereka terpusat di enam distrik di sekitaran kota karena terbatas anggaran. Kami selalu melakukan kunjungan ke Kampung KB tujuannya untuk membina keluarga melakukan program KB,” tuturnya.
Dikatakan bahwa program KB saat ini bukanlah pembatasan kelahiran dua anak cukup, melainkan bagaimana mengatur jarak kelahiran agar ibu yang mengandung dan bayi yang lahir sehat.
“Kami mendapat data dari Dinas Kesehatan ada empat kampung yakni dua di distrik Wania, distrik Mimika Barat Jauh dan Mimika Timur Jauh. Disini peran kami melaksanakan program KB keluarga sejahtera untuk menekan stunting dan bagaimana kami memberikan penyuluhan agar ibu tidak hamil satu tahun satu tapi paling bagus tiga tahun sekali,” ungkapnya.
Maria mengatakan terjadinya kematian ibu dan anak dikarenakan jarak kelahiran yang sangat dekat. Setelah melahirkan kandungan ibu harus pulih terlebih dahulu dengan dapat menggunakan alat KB kontrasepsi seperti implan, IUD, pil dan suntik.
“Malah di kampung mereka menggunakan obat tradisional untuk mengatur jarak kelahiran. Ada juga KB kalender sehingga ini diperlukan pengertian antara suami istri. Menekan stunting di masyarakat hanya dengan cara jarak kehamilan harus dijaga dan pada saat hamil harus makan makanan bergizi terutama pada 1000 HPK bayi mulai dari kandungan hingga lahir,” tutupnya. (Elfrida)