61 Ekor Babi Mati Kena Virus di Mimika, Ini Himbauan Dari Disnakeswan
Kondisi babi mati yang terpapar virus
MIMIKA, BM
Masyarakat Mimika harus waspada terutama para peternak hewan babi karena dalam tiga empat hari ini telah terjadi kematian babi sebanyak 61 ekor dikarenakan virus.
Menanggapi hal tersebut, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Kabupaten Mimika telah mengambil sampel dan tengah menunggu hasil laboratorium.
Kepada media ini melalui saluran telepon, Senin (22/1/2024), Kepala Disnakeswan Kabupaten Mimika drh. Sabelina Fitriani, M.Si. mengatakan gejala penyakit ini mirip dengan Streptokokus, Hokolera dan African Swine Fever (ASF) atau demam babi Afrika.
“Kalau Streptokokus bisa dengan antibiotik disuntik sembuh, kemudian Hokolera itu kan sudah ada vaksin, kita sudah endemis untuk hokolera. Hanya yang baru itu ASF, itu penyakit baru dan yang kita khawatir itu masuk,” ucapnya.
Sambil menunggu hasil periksa laboratorium, Disnakeswan mengirim organ untuk diuji PCR- ELISA.
“Mudah-mudahan dalam minggu ini, semoga Jumat sudah dapat hasilnya supaya kita bisa lakukan langkah yang lebih tepat. Sementara ini kita sudah distribusi disinfektan ke beberapa peternak. Belum menyeluruh karena persediaan terbatas. Kita harapkan masyarakat sudah bisa swadaya ataupun datang ke dinas,” terangnya.
Dalam kasus, ini drh. Sabelina menjelaskan bahwa manusia bisa menjadi perantara atau pembawa virus apabila sudah terpapar virus ini.
“Misalnya saya ke kandang kemudian saya ke kandang lain pasti menularkan. Jadi saya tidak boleh dari kandang ke kandang, saya harus ke rumah saja, satu tempat kemudian di semprot, ganti baju dan lainnya. Karena virus penularannya seperti covid-19 bisa terbawa melalui barang atau manusia,” imbuhnya.
Saat ini dikatakan hanya ASF yang tidak ada vaksin dan hanya bisa diberi vitamin atau antibiotik itupun tergantung daya tahan tubuh babi, jika kuat maka bisa bertahan.
“Hal-hal yang harus dilakukan agar masyarakat atau peternak babi tidak panik yakni pertama laporkan ke dinas kemudian jangan menjual babi yang sakit. Karena itu juga penularan,” ucapnya.
Kedua, jangan memindahkan dari satu kandang ke kandang lain. Itu juga akan menularkan. Kemudian, bersihkan kandang tapi jika babi sudah sakit jangan dimandikan terus karena akan drop. Yang terpenting kandang harus bersih.
“Makanan cukup kemudian semprot kandang dengan disinfektan sebaiknya setiap hari. Yang penting hati-hati minta petunjuk pengecerannya berapa, nanti minta di dinas saja. Di dinas kita stok masih ada tapi terbatas. Memang petugas sudah ada beri ke beberapa peternak tetapi petugas juga terbatas, dia hanya boleh ke tempat yang memang masih sehat,” paparnya.
Adapun gejala-gejala yang ditimbulkan yakni terdapat bintik-bintik merah di telinga, muntah darah dan kematian pada babi yang usianya sudah dewasa serta diare.
“Ini tidak zoonosis, tidak menular ke manusia hanya manusia bisa menjadi perantara jika bersinggungan atau di kandang kemudian pergi ke tetangga,” tandasnya.
Sebagai antisipasi juga drh. Sabelina menyarankan untuk mengurangi atau membatasi orang yang masuk kandang jadi khusus pemilik kandang.
"Jika ada yang datang dihindari saja. Sampaikan ini dibatasi karena situasi sedang merebak. Masyarakat dalam situasi seperti ini lakukan disinfektan kandang, jangan memindahkan ternak yang sakit ke tempat lain kalau bisa dibatasi, kemudian menjaga kebersihan kandang dan memberi makan pada ternak,” pesannya. (Elfrida Sijabat)