Umat Katolik Jalani Masa Pertobatan

Penandaan salib dari abu di kening umat sebagai tanda pertobatan

MIMIKA, BM

Umat Katolik seluruh dunia saat ini sedang menjalani masa prapaskah atau masa pertobatan yang ditandai dengan perayaan Rabu Abu.

Di Mimika, Gereja Katedral Tiga Raja memberikan pelayanan untuk perayaan Misa Rabu pada Rabu (14/2/2024) sore kendati bertepatan dengan hari H Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.

Agar diketahui, perayaan Rabu Abu merupakan hari perdana masa Prapaskah yang akan berlangsung selama 40 hari ke depan atau hingga Perayaan Paskah.

Dalam tradisi Gereja Katolik, Rabu Abu identik dengan penandaan abu di kening setiap umat sebagai simbol masa tobat, puasa dan berpantang.

Misa Rabu Abu di Katedral Tiga Raja dipimpin langsung Pastor Paroki Amanda Rahadat, Pr didampingi Pastor Bryan, Pr.

Dalam Khotbah yang diambil dari injil Matius, Romo Amandus Rahadat, Pr mengatakan Abu akan diberikan kepada umat dengan kalimat "Ingatlah Hai Manusia Engkau Debu dan Akan Kembali Menjadi Debu".

Ia kemudian menjelaskan makna penggunaan Abu dalam liturgi gereja. Abu melambangkan perkabungan, ketidakabadian, pertobatan serta tanda penyesalan dosa-dosa manusia.

"Penggunaan abu bisa ditemui dalam perjanjian lama, perjanjian baru dan sejarah gereja. Jadi, penggunaan Abu bukan karangan Gereja Katolik tetapi semua orang Kristen, " ujar Romo.

Ia mengatakan, abu yang digunakan bukan sembarang abu dan bukan abu dari dapur. Pastor juga tidak boleh membakar abu secara sendiri karena ada makna katekese yakni Abu berasal dari pembakaran daun-daun palma kering yang dibawa umat dari rumah.

Daun -daun palma kering itu berasal dari daun palma hijau dan segar yang diberkati pada hari minggu palem tahun sebelumnya.

"Daun palma kering itu adalah saksi bisu, dia melihat apa yang kita lakukan di rumah, mendengar apa yang kita ucapkan di rumah sepanjang satu tahun yang telah berlalu dan tadi malam dibakar bersama salah dan dosa. Dan hasil pembakaran itulah yang mau ditaburkan di kepala kita sebagai tanda sesal dan tobat," jelasnya.

Amandus menegaskan, puasa itu bukan tujuan, puasa itu hanya sarana, sarana untuk menjadi tujuan. Dan tujuannya adalah semakin menjadi pengikut Yesus yang baik.

"Tidak makan itu bukan tujuan, tidak minum itu bukan tujuan, gandakan derma juga bukan tujuan, gandakan aktifitas doa itu bukan doa. Semua itu hanya sarana saja," ujarnya.

"Maka bagi seorang pengikut Kristus yang baik prinsip yang diperjuangkan selama masa puasa adalah Fare IL Been dan Evitare IL Male (melakukan semua hal yang baik dan menghindari semua yang jahat)," lanjutnya.

Dijelaskan, prinsip Gereja Katolik kalau berpuasa itu tidak perlu publikasi untuk diketahui orang lain. Tidak boleh diumumkan pada publik sedang berpuasa dan dilarang memaksakan orang lain untuk menghargai puasa mu.

Terkait ini, Yesus adala alkitab bersabda, apabila kamu berpuasa janganlah muram muka kamu seperti orang munafik. Mereka merubah air mukanya supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa.

Apabila engkau berpuasa kata Yesus minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu supaya jangan dilihat orang melainkan hanya Bapakmu yang berada di tempat tersembunyi. Ini adalah prinsip gereja.

"Apa saja hal yang kita buat selama berpuasa di tempat tersembunyi itu, instropeksi diri, berapa banyak salah dan dosaku, dosa ku ringan atau berat dan apa yang harus saya lakukan dengan dosa itu. Yesus berkata renungkanlah di kamar mu. Misalnya, malas ke gereja, bermusuhan, sulit mengampuni orang, mulut kebun binatang, curi dan mulut maki,"ungkapnya. (Shanty Sang)

Top