Penyertaan Modal Pemda Mimika Capai Rp76 Miliar
Kepala BPKAD, Marthen Malisa
MIMIKA, BM
Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Mimika, Marthen Malisa menyebutkan total penyertaan modal Pemerintah Daerah (Pemda) Mimika hingga saat ini sudah mencapai Rp76 miliar.
"Penyertaan modal kita ditargetkan dari tahun 2017 sebesar Rp2,7 miliar. Sebelumnya kita biasa setor Rp5 miliar. Jadi, Deviden Bank Papua yang kita terima rata-rata Rp5 miliar per tahun," tutur Kepala BPKAD, Marthen Malisa saat ditemui, Jumat (4/3).
Marthen mengaku bahwa sudah beberapa tahun Pemda Mimika tidak menyetor penyertaan modal.
"Sudah 4 tahun kalau tidak salah sehingga kita hanya dapat devidenya saja. Alasannya kenapa kita tidak setor karena tidak dianggarkan dalam APBD," Kata Marthen.
Menurut Marthen, penyertaan modal Pemda Mimika semua tergantung dari penganggaran yang dilakukan dalam APBD, kalau ada di setor namun jika tidak maka tidak disetorkan.
Ditanya, apakah penyetoran penyertaan modal ini suatu kewajiban, Marthen mengatakan merupakan kewajiban karena Pemda Mimika masuk dalam satu pengguna saham.
Walau memiliki saham dari deviden namun Pemda Mimika selalu membuat hutang di Bank Papua.
"Kalau kita pinjam kan untuk menutupi kekurangan anggaran kita. Bank Papua adalah mitra pemerintah dan dimungkinkan undang-undang bahwa pemerintah bisa meminjam di Bank Papua ketika ada kebutuhan atau kegiatan yang dianggap urgent untuk dibiayai," ujarnya.
Sejak dilakukan penyertaan modal, Pemda Mimika telah menerima deviden bahkan sudah lama sejak jaman Almarhum Klemen Tinal. Dan sejauh ini, besaran uang yang sudah tersimpan sebesar Rp76 miliar di Bank Papua.
"Berarti kan sudah lama, dulu kan Rp2 miliar sekarang dinaikkan lagi Rp5 miliar dan karena corona diturunkan lagi jadi Rp2,7 miliar," ungkapnya.
Sementara, Kepala Bank Papua cabang Mimika, Alexander Iwan mengatakan, Setiap pemerintah daerah memiliki penyertaan modalnya yang berbeda-beda.
Pembagian deviden dilihat dari latar perusahaan dan berbanding dari penyertaan modal dari Pemda Mimika.
"Deviden dari pemda juga berbeda. Untuk deviden tahun 2021 untuk Mimika langsung diatur oleh pusat jadi kami juga belum tahu," kata Iwan.
Menurutnya, bisa ratusan miliar namun tergantung juga dari pendapatan Bank Papua. Jika pendapatn Bank Papua besar maka akan semakin besar, namu jika kecil maka sudah pasti lebih kecil.
"Atau misalnya kalau Bank Papua rugi yah tidak dapat tetapi pendapatan Bank Papua dari 2017-2021 cukup signifikan," tuturnya.
Sementara, di tahun 2019-2020 yang merupakan tahun pandemi, banyak perusahaan yang tutup. Di masa ini perbankkan juga mengalami imbas sehingga tidak dapat memberikan kontribusi laba.
"Namun, khusus Bank Papua cukup baik untuk tahun 2019-2020. Itu data non audit belum data diaudit. Keuntungannya satu, karena Pemda Mimika pemegang saham, jadi semakin bank modalnya kuat itu semakin baik untuk bisnis bank. Jadi permodalan itu sangat baik itu untuk suatu usaha," ungkapnya. (Shanty)