Kadsiperindag Akui Masih Ada Warga yang Lalai Terapkan Protokol Kesehatan, Ini Jadi PR Disperindag
Kadisperindag Mimika, Michael R Go Marani
MIMIKA, BM
Kadis Perindustrian dan Perdagangan (Perindag) Mimika, Michael R Go Marani mengakui bahwa pada Sabtu (31/10) malam, masih banyak warga Timika yang mendatangi tempat kuliner di Pasar Sentral, lalai menerapkan protokol kesehatan.
Walau demikian, ia menegaskan pada prinsipnya pihaknya sedari awal telah melakukan prokes sesuai kesepakatan bersama yakni wajib pakai masker, jaga jarak dan cuci tangan. Fasilitas cuci tanganpun sudah disiapkan BPBD.
Selain itu, pedagang dan pengunjung yang datang di kawasan Pasar Sentral dan kuliner tetap wajib mematuhi Protokol Kesehatan.
Namun terkait hadirnya ribuan pengunjung pada Sabtu (31/10) malam menurutnya tidak diprediksi pihaknya akan sebanyak itu.
"Kami tidak pernah berpikir pengunjung datang sebanyak itu. Animo masyarakat tadi malam begitu luar biasa. Petugas pasar termasuk satpol juga sampai kewalahan, kami bahkan sampai harus buat pengalihan parkiran," akunya.
Menurutnya situasional ini kemudian ramai di perbicangkan di media sosial terutama facebook dan whatsapp. Namun ia berpendapat, semua itu merupakan bagian dari kepedulian masyarakat mengingat situasional Mimika saat ini.
"Ini akan jadi PR bagi kami. Situasi tadi malam akan kami evaluasi secara menyeleluruh terkait penggunaan protokol kesehatan. Kawasan kuliner nanti akan kita diperketat pemeriksaan pakai masker," tegasnya.
Kepada BeritaMimika malam ini, kadis Michael juga menyadari masih ada beberapa kekurangan termasuk fasilitas cuci tangan. Namun perlahan akan diperbaharui instansinya.
"Perlahan kami akan perbaiki semua kekurangan yang ada. Terkait respon masyarakat di medos bagi kami itu merupakan bentuk kepedulian agar apa yang kurang, kami harus benahi," tandasnya.
Michael juga mengharapkan pengertian baik dan kerjasama dari semua pihak terutama masyarakat agar protokol kesehatan benar-benar menjadi kesadaran pribadi masing-masing.
"Tujuan kami adalah memulihkan ekonomi bagi para pedagang dan UKM yang berjualan di Pasar Sentral Timika. Belum semua namun saat ini sebagian pedagang dan UKM mulai mendapatkan peningkatan omset dari jumlah pengunjung yang datang berbelanja. Semua tidak bisa langsung seperti membalikan telapak tangan namun proses saat ini menjadi ukuran dan langkah awal bagi peningkatan ekonomi mereka nanti," ungkapnya.
Sementara itu pada sabtu malam di areal kuliner Pasar Sentral, beberapa pedagang kepada BM menceritakan keadaan mereka usai dipindahkan ke Pasar Sentral.
Rata-rata mengakui masih melakukan penyesuian dengan tempat baru. Ada yang pendapatannya tidak seperti tempat sebelumnya namun ada juga yang mengakui memperoleh keuntugan lebih ketika ditempatkan di Pasar Sentral.
"Kalau disuruh memilih, kami memilih kembali di Budi Utomo tapi kami ikut apa yang diterapkan pemerintah. Malam ini jualan kami habis tapi kami bawah sedikit karena masih menyesuaikan," ujar pemilik Molen Joyoboyo, Andi Usmantoro.
Andi Usmantoro memiliki tiga usaha molen yang ditempatkan di tiga lokasi berbeda yakni depan Sharon Mart, Diana Mall dan Timika Indah. Gerobak dari Timika Indah yang ia pindahkan ke Pasar Sentral.
"Harapannya bukan kami saja yang dipindahkan tetapi kalau bisa yang lain juga sama. Jangan yang lain pindah, lainnya tidak. Kalau mau bersihkan di Budi Utomo maka ada yang masih berjualan hingga sampai lapangan Timika Indah juga harus dipindahkan karena ini barometer untuk semua," harapnya.
Pedagang Tahu Crispi, Edi Wijantoro sebelumnya berjualan di Yos Sudarso. Kepada BM mengaku bahwa bahwa ia baru beberapa hari berjualan di Pasar Sentral.
"Penjualan disini lumayan, alhamdulilah karena dua malam tapi lumayan. Masalah lain tidak ada hanya kalau bisa jalan juga diperbaiki supaya masyarakat juga nyaman kalau datang ke pasar kuliner," ungkapnya.
Arif, penjual Martabak Dewi Sri Cabang Timika mengatakan saat masih berjualan di depan Toko Megah, setiap hari ia menghabiskan 15 kilo terigu namun tiga hari di Pasar Sentral, ia hanya berani sehari 6 kilo saja.
"Kami harus jujur bahwa disini pendapatan hanya setengah dari yang kami dapat jika dibandingkan dengan tempat lama. Di tempat lama semalam habis 15 kilo. Kami juga usul agar mereka yang masih di luar sana pindah ke pasar sini. Karena belum semua dipindahkan," ucapnya.
Berbeda dengan Kedai Bojo milik Ibu Dita. Dalam dua hari saja ia bisa meraup hampir Rp 8 jutaan. Dita menjual makanan dan minuman kekinian seperti Thai Tea, Tawu Dower dan Pisang Bakar.
"Saya pindah dari dalam Pasar Sentral ke sini. Lebih banyak keuntungan di sini daripada di dalam. Sudah dua hari jualan di sini buka mulai jam 2 siang. Hari pertama saya dapat 2 jutaan, malam ini (Sabtu malam-red) alhamdulilah hampir 6 juta. Jam 10.30 Wit tadi sudah habis," ujarnya kepada BM.
Dita juga berharap agar Disperindag membantu tenda dan tempat duduk bagi pedagang di Pasar Malam. Menurutnya ini juga menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk mendatangi Pasar Malam.
"Kalau kebersihan tidak ada masalah. Kalau bisa yang di luar sana juga cepat masuk ke dalam supaya semua tersentral saja di sini. Memang benar ini masih awal-awal jadi belum semua dapat keuntungan lebih tapi ketika semua sudah normal dan tersentral, semua orang pasti akan ke sini," ujarnya. (Ronald)