Sayang Sekali, Sebagian Guru Di SMAN 3 Kokonao Minta Nota Tugas Ke Kota
MIMIKA, BM
Guru atau tenaga pengajar sejatinya adalah mereka yang selalu siap ditugaskan dan ditempatkan di mana saja, terutama di wilayah pesisir pantai dan pegunungan.
Apalagi saat ini Pemerintah Daerah terus berupaya membuka akses komunikasi agar memudahkan para guru termasuk perawat di wilayah terluar agar mereka lebih betah di tempat kerja.
Namun sayangnya, mental seperti ini tidak dimiliki sebagian guru yang bertugas dan mengabdi di SMA Negeri 3 Kokonao Distrik Mimika Barat.
Padahal, pada jaman dulu, saat semua akses tidak semudah saat ini, banyak guru-guru perintis bertugas dan mengabdikan hidup mereka di Kokonao.
Mereka bahkan menyatu dengan masyarakat dan alam disana, buktinya sampai pensiun hingga ajal, mereka terbaring di pusara tanah Kokonao.
Entah kenapa, sebagian guru di SMA Negeri 3 Kokonao tidak menjadikan historis ini sebagai kekuatan dan semangat bagi mereka saat bertugas dan mengajar di Kokonao.
Buktinya ada beberapa guru yang meminta nota tugas agar kembali mengajar di kota. Mereka tidak ingin bertugas di Kokonao. Apapun alasan dibalik kepindahan tersebut.
Hal ini diungkapkan Kepala SMAN 3 Kokonao Aris Saida,S.Pd.,MM kepada BeritaMimika usai menghadiri pertemuan Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) di SMP YPKK Santo Bernardus, Timika, Senin (10/2).
"Saya harap pemerintah dapat menambah tenaga guru dan kalau sudah ada yang ditempatkan di sana jangan lagi di kasih nota tugas di tempat lain, karena banyak guru yang mengurus surat pindah keluar, nota tugas untuk kembali ke kota. Padahal saya lihat cukup bagus juga disana," katanya.
Sambung Saida, bahkan ada guru yang baru bertugas belum sampai satu tahun ia sudah mengambil nota tugas untuk kembali mengajar di kota.
"Sebenarnya guru lengkap tetapi mereka ambil nota tugas sehingga kami tidak ada guru bahasa Indonesia, matematika dan bahasa Inggris. Artinya, kami mempersiapkan guru-guru yang ada disana, yang merasa bisa untuk menggantikan kekosongan tersebut. Mereka masih tetap mengajar sesuai jadwal pelajaran, kita berdayakan daripada kelas kosong," ungkapnya.
Selain kekurangan guru, hal yang menjadi kekurangan SMAN 3 Kokonao adalah sarana prasarana baik mck, ruang kelas dan rumah dinas guru.
"Rumah dinas tidak ada sehingga kami menggunakan ruang kelas yang ada untuk kita tinggal disitu. Saya saja numpang dengan rumah guru disana," ucapnya.
Persiapan Untuk Hadapi Ujian Sekolah dan Ujian Nasional
SMAN 3 Kokonao Distrik Mimika Barat berdiri sejak 2005. Hingga kini tercatat 74 siswa yang mengenyam pendidikan disana.
Sekolah ini hanya memiliki 10 guru aktif dimana tujuh merupakan Aparatur Sipil Negara (ASN) dan tiga merupakan honorer.
Sementara itu, terkait persiapan Ujian Sekolah (US) dan Ujian Nasional (UN) 2020, Aris Saida mengatakan 18 siswa SMAN 3 Kokonao akan mengikuti dua ujian ini.
"Untuk sementara kami menggunakan (Ujian Nasional Kertas Pensil (UNKP) karena fasilitas sarana dan prasarana tidak ada. Jaringan memang sudah ada tetapi permasalahannya tidak ada listrik," jelas Saida.
Kendati demikian, pihaknya akan terus mendorong guru-guru yang ada untuk mempersiapkan para siswa dengan matang sehingga target lulus 100 persen dapat tercapai.
"Setelah US dan UN kita akan dorong anak-anak siapa tahu ada yang mau mendaftar sebagai polisi. Kami berharap agar pemerintah memperhatikan kekurangan kami baik guru maupun sarana dan prasarana," harapnya. (Elfrida)