Dinas Ketahanan Pangan Sebut Sagu di Mimika Alami dan Tidak Ada Budi Daya
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Mimika Yulius Koga
MIMIKA, BM
Sagu sebagai salah satu makanan pokok di Kabupaten Mimika biasa ditemui dalam bentuk papeda maupun makanan olahan berupa kue kering dan kue basah.
Kepada BeritaMimika Kepala Dinas Ketahanan Pangan Mimika Yulius Koga di ruang kerjanya Kamis (18/1/2024) mengatakan sagu yang ada di Mimika merupakan alami dan tidak ada budi daya.
“Kami tidak berbicara budi daya tetapi hasil panennya. Jadi kalau hasil misalnya dari teman-teman rumpun ekonomi seperti perikanan atau peternakan, mereka punya binaan kalau ada hasilnya silahkan kerjasama dengan kami,” katanya.
Lanjutnya, untuk pengiriman tepung sagu dari Kabupaten Mimika keluar belum bisa untuk ditangani.
“Kalau hasil sagu kami biasa pemasaran selain disini juga kami titip seperti di Sharon Mart dan Freeport. Kalau produksi secara besar belum, masih benahi banyak hal termasuk mesin dan sumber daya manusia (sdm)-nya harus bagus,” ungkapnya.
Yulius menyebut pihaknya menyiapkan mesin untuk membuat tepung sagu karena dari enam kelompok binaan yang ada digunakan untuk membuat kue kering dari tepung sagu.
“Kami juga harus siapkan pasarnya supaya produksi tetap jalan untuk membuat olahan kue kering, kue basah atau es krim. Tergantung cuaca kalau panas satu hari bisa menghasilkan 10-20 bungkus per kilogram,” ucapnya.
Sementara itu, pada tahun 2023 ada penambahan untuk pembangunan rumah produksi sagu di Iwaka kampung dan Kaugapu, Mapurujaya. Pembangunan tersebut dikatakan sudah selesai dan berasal dari dana otonomi khusus (otsus).
“Mangkanya kita fokus ke orang asli Papua (OAP). Di Iwaka pembangunan rumah produksinya 400juta dan di Mapurujaya sebesar 500juta. Kalau pengadaan mesinnya sudah duluan,” terangnya.
Dalam waktu dua atau tiga bulan lagi, pihaknya akan mendatangkan teknisi dari Jayapura untuk memberikan pelatihan kepada masyarakat mengenai merakit dan menperbaiki mesin.
“Karena kita punya pengalaman tahun sebelumnya, mesin rusak masyarakat tidak bisa perbaiki. Kalau yang di Irigasi dulu sama-sama kita tapi ketika mesin rusak mereka bisa perbaiki sehingga produksi jalan terus. Sekarang sudah bisa kirim ke Surabaya sagu basah. Karena sudah mandiri hampir dua tahun kami sudah lepas,” katanya.
“Mangkanya kelompok lama kita arahkan untuk produksi tepung sagu. Karena peralatan sudah lama rusak kita usahakan tahun ini kita beli peralatannya saja,” imbuhnya.
Yulius menyebut pembeli tepung sagu sendiri kebayakan berasal dari kabupaten lain, masyarakat Mimika lebih suka sagu basah.
“Sagu adalah pengganti tepung justru itu lebih bagus. Kalau empat rumah produksi sudah normal, kita bisa kas (kirim-red) keluar;” tandasnya. (Elfrida Sijabat)