Keluarga 'Belum Merdeka' Pak Dede Keliling Indonesia Menjinjing Sol Sepatu Dan Umbul-Umbul
Kang Dede saat menjajakan umbul-umbul dan sol sepatu
MIMIKA, BM
Indonesia adalah bangsanya para pejuang. Bukan hanya pejuang kemerdekaan di masa penjajahan, tapi juga pejuang kehidupan masa kini yang tak kenal lelah dan pantang menyerah tuk bertahan hidup.
Menjadi pejuang tentunya tidak melulu perihal menenteng senjata dan melawan para penjajah.
Sebab, di zaman kemerdekaan ini, pejuang sejati yang sesungguhnya ialah mereka yang senantiasa menghidupkan kehidupan dengan terus merawat, memupuk, dan menumbuhkan rasa cinta, seperti halnya yang dilakukan sosok yang satu ini.
Yah, dia adalah Pak Dede, seorang tukang sol sepatu keliling yang juga sekaligus penjual umbul-umbul di salah satu pinggiran badan jalan Yos Sudarso Timika.
Siang itu (5/8/2022), langit Kota Timika tampak cerah tak berawan. Bias pancaran surya menghantarkan hawa udara panas yang cukup menggerahkan.
Pak Dede, tukang sol sepatu itu sedang duduk berteduh di bawah atap spanduk kecil sembari menjahit salah satu sepatu milik pelanggannya.
Sesekali dia harus menyetop kesibukan itu untuk melayani pembeli bendera atau umbul-umbul yang juga ia jual di tempat yang sama, di bawah spanduk kecil itu.
Pria asal Bandung ini tampak sangat terampil dalam menjahit sepatu. Jahitannya pun terlihat rapi. Tak heran memang, karena pekerjaan itu sudah menjadi rutinitasnya sejak puluhan tahun yang lalu.
Pak Dede juga bisa disebut sebagai seorang pejuang kelana. Di umurnya yang telah beranjak 45 tahun, ia sudah bergelut mengadu nasib dengan menjajakan jasa sol sepatu serta dagangan umbul-umbulnya ke hampir seluruh pelosok Indonesia.
"Awalnya itu saya merantau ke Aceh. Beberapa tahun kemudian saya pindah lagi ke Kalimantan. Lalu ke NTT, Bali, Papua Barat, dan tahun ini baru mulai masuk di Timika. Ini semua saya lalui dengan penuh perjuangan demi mencari rejeki tuk menghidupi istri dan kedua anak saya di Bandung," ucapnya sambil meneruskan jahitannya.
Di Timika, Pak Dede tinggal di salah satu gubuk di Jalan Kartini. Sewaktu belum musim jual bendera, ia biasanya mengitari setiap gang di Kota Timika dengan berjalan kaki sambil membopong boks perkakasnya untuk menawarkan jasa jahit sol sepatu.
"Kalau sekarang kan lagi musim jual bendera, jadi tidak keliling. Sementara saya pinjam lahan kosong ini untuk jual umbul-umbul dan bendera sekaligus jahit sol juga di sini," jelas Pak Dede sembari mengusap keringat di wajahnya.
"Saya rasa beruntung karena yang punya lahan ini orangnya baik. Dia gak minta bayar sama sekali. Malah bendera saya juga ikut dibeli sama dia. Memang orang Timika pada umumnya saya lihat baik-baik, tapi kadang juga ada yang suka mabuk, ganggu ke sini, mintain duit ke saya," tuturnya.
Pak Dede sendiri sudah hampir sebulan menjual bendera merah putih dan umbul-umbul di lokasi itu.
Bila tak ada kesibukan, biasanya Pak Dede mulai menyiapkan lapak sejak pagi-pagi buta dan akan kembali lagi ke rumah menjelang magrib.
Walau terbilang sudah cukup lama menjual bendera dan umbul-umbul, sayangnya menurut Pak Dede hasil yang ia dapatkan sejauh ini belum cukup memuaskan.
"Kalau di kota-kota lain biasanya pedagang dapat borongan. Seperti pemerintah atau perusahan itu mereka belinya di kita, jadi kita pedagang ini juga bisa untung, bisa merdekalah istilahnya. Kalau di sini, saya belum ada dapat pembeli borongan begitu," jelas Pak Dede.
Kendati demikian, hal itu tidak serta-merta membuat Pak Dede kehilangan semangat. Begitu juga dengan perjuangan dan rasa syukurnya pun sama sekali tak lekang tergerus waktu.
"Ya tetap harus semangat dan selalu disyukuri setiap rejeki yang didapat, mas. Berapa pun itu, meskipun kecil, patut untuk saya syukuri karena Allah masih berikan kesehatan dan umur yang panjang serta semangat yang tak kunjung padam," ujar Pak Dede dengan penuh rasa syukur.
Pak Dede adalah tokoh pejuang keluarga. Perjuangannya sampai tiba Timika adalah tidak lain dan tidak bukan untuk melukis sebingkai senyum kebahagiaan bagi sang istri dan kedua buah hatinya.
Salah satu cita-cita yang selalu terngiang-ngiang di kepalanya saat berkelana dari satu kota ke kota lainnya, yaitu impiannya membangun sebuah gubuk kecil untuk sang istri dan kedua buah hatinya.
"Saya sekeluarga itu belum punya rumah di kampung, mas. Makanya saya pengen sekali bangun gubuk untuk istri dan anak-anak. Kecil pun tak apa, yang penting ada tempat untuk bersandar dan melepas lelah bersama keluarga," ucapnya tertegun.
Pak Dede berharap, dengan sisa waktu menjelang HUT kemerdekaan ini, hasil penjualan dagangannya bisa meningkat sehingga impiannya membangun gubuk untuk keluarga kecilnya dapat tercapai.
"Semoga dengan waktu yang masih tersisa sekitar berapa hari lagi, pembeli bisa makin bertambah agar cita-cita saya bangun gubuk untuk istri dan anak-anak bisa tercapai tahun ini," tuturnya penuh doa.
Perjuangan Pak Dede bagi keluarga tentunya sangatlah besar dan tidak mudah dijalani oleh orang-orang pada umumnya.
Bayangkan saja, dengan hasil yang tak seberapa, ia rela berjalan kaki setiap harinya mengelilingi sudut-sudut kota.
Bahkan dengan cuaca yang tak menentu pun ia setia menanti para pembeli bendera dan umbul-umbul dari bawah atap kecil yang terbuat dari spanduk bekas itu.
Inilah contoh nyata pejuang sejati masa kini yang senantiasa merawat kehidupan dan memupuk rasa cinta pada keluarga. (Ade)